Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Perubahan PSSI Harusnya Untuk Prestasi

14 Oktober 2011   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:58 139 0
Konflik di PSSI sepertinya tak pernah usai. Satu persoalan menghilang, persoalan baru muncul, begitu seterusnya. Anehnya konflik - konflik yang mucul bukan memperdebatkan soal prestasi sepak bola nasional yang telah sekian lama berpuasa. Tetapi berdebat hal lain, warisan kepengurusan masa lalu, yang telah diberi kesempatan selama dua periode namun terbukti gagal. Seperti dilansir banyak media, persoalan baru yang muncul adalah soal nama kompetisi. Nama kompetisi ini nampaknya sangat penting, hingga beberapa klub mengancam untuk memutar kompetisi sendiri jika nama kompetisi yang sudah direncanakan pengurus PSSI tetap digunakan. Sebelumnya soal pergantian pelatih yang juga menjadi perdebatan banyak pihak, bahkan merebet hingga mengancam keutuhan timnas, Ridle dianggab berprestasi, walaupun ditingkat ASEAN pun juga gagal, sementara pihak PSSI menganggab ada persoalan dengan kontraknya. Format dan jumlah perserta kompetisi juga menjadi perdebatan. Pihak penentang berpandangan bahwa pengurus PSSI tidak bisa begitu saja merubah keduanya karena itu produk kongres dan hanya melalui kongres keputusan itu bisa dirubah. Persoalan – persoalan yang muncul hampir selalu bersumber dari perubahan yang dilakukan oleh kepengurusan baru PSSI. Adaperubahan yang dilakukan dirasa tidak tepat ada juga yang dirasa melanggar ketentuan organisasi. Di sinilah titik persoalannya. Berbeda dengan aturan yang telah ditetapkan, pengurus jelas salah. Namun terbukti aturan – aturan yang dibuat dalam dua periode kepengurusan tak menghasilkan prestasi apapun bagi timnas. Bahkan Liga sebelumnya yang dianggab berhasil dan professional dalam pengelolaan, nyatanya tidak demikian. Klub – klub yang katanya professional tetap tak bisa hidup professional. APBN/APBD tetap menjadi sumber penghidupan utama. Seluruh insan sepak bola Indonesia tentunya sepakat, entah yang kemarin kalah di KLB Solo maupun yang menang, kita tak mampu lagi berprestasi. Ketiadaan prestasi ini jelas tak bisa dibantah lagi. Maka marilah kita bersatu kembali, agar berprestasi. Dua periode adalah waktu yang cukup. Maka kita harus berani berubah. Membentuk, menyusun dan membangun sepak bola Indonesia yang baru. Mari bersepakat meninggalkan, membuang yang membuat kita gagal. Para bijak pandai mengatakan, perubahan itu tak mudah dan menyakitkan. Dalam persoalan PSSI menemukan kebenaran nyata. Pertentangan- pertentangan terus terjadi. Kesakitan demi kesakitan pun mungkin dialami banyak orang/kelompok. Kenyamanan penghidupan, kenyamanan rejeki, kenyamanan usaha yang telah dinikmati bertahun – tahun hilang, dari yang kecil – kecil tak terlihat sampai yang besar seperti sponsor utama. Pasti tidak enak dan sakit. Mereka yang kehilangan dan kesakitan mungkin sekali tak tinggal diam. Mereka ingin mendapatkan kembali. Jangan lupa mereka punya masa dan yang utama punya uang. Mereka bisa ‘berbuat’. Harapannya semua pihak kembali sadar, bahwa perubahan yang dilakukan untuk prestasi. Bukan untuk hal lain. Dengan menomor satukan prestasi sepak bola nasional kita sebagai tujuan utama, semoga semua insan sepak bola nasional, berani mengesampingkan motivasi – motivasi lain, sehingga dapat berbagi pemahaman seluas mungkin, dalam masa transisi kepengurusan ini. Jika pun terjadi perbedaan pendapat, harapannya dapat diselesaikan dalam bingkai untuk prestasi. Bukan sekedar kesesuaian dengan teks – teks aturan yang telah membuat kita berpuasa prestasi sekian lama. Mari bersatu  demi Prestasi sepak bola nasional kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun