Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pendidikan Karakter Berbasis Moral dalam Pendidikan di zZaman 4.0

12 November 2019   18:59 Diperbarui: 12 November 2019   19:03 711 0
Pendidikan karakter berbasis moral dalam pendidikan dizaman 4.0
Tri Wijayanti
Tadris Matematika
Fakultas Tarbiyah dan  Ilmu Keguruan, Institute Agama Islam Negeri Tulungagung
 Jl. Mayor sujadi timur No 46 Tulungagung
Abstrak
Pendidikan karakter menjadi sesuatu yang penting untuk membentuk generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk membimbing seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu memfilter pengaruh yang tidak baik.  Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik, buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari -- hari dengan sepenuh hati. pendidikan moral ini sangatlah penting dalam pendidikan bahkan harus di tekankan pada zaman 4.0 yang moralnya mulai tergoyah dan bahkan akan merosotnya nilai moralnya.
Kesepuluh ciri dekadensi moral tersebut dapat merusak kararter bangasa, yakni, 1)  Meningkatnya kekerasan pada remaja, 2) Penggunaan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh per group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindakan kekerasan, 4) Meningkatnya penggunaan narkoba, alkhohol dan seks bebas, 5) Kaburnya batasan moral buruk-buruk, 6) Menurunya etos kerja, 7) Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) Rendahnya tanggung jawab induvidu dan warga Negara , 9) Membudayakannya ketidak jujuran, 10) Adanya saling curiga dan kebencian diantar sesama.
Kata Kunci :Pendidikan karakter moral dan pendidikan di zaman 4.0
Pendahuluan
Para pendidikan perlu menyadari begitu pentingnya pada pendidikan karakter sebagai sarana pembentukan perilaku (moral). Pengayaan nilai induvidu dengan cara menjadi figur keteladanan bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan keamanan yang dapat membantu suasana pengembangan diri individu secara menyeluruh dari segi teknis, intelktual, psikologis, moral, sosial, estis dan religius.
Pendidikan karakter tidak semata-mata bersifat individual, melainkan juga memiliki dimensi sosial struktual. Meskipun pada gilirannya kriteria penentu adalah nilai-nilai kebebasan individual bersifat personal. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan dimensi sosial stuktural, lebih melihat bagaimana menciptakan sebuah sistem sosial yang kondusif dan teratur. Dalam konteks pendidikan moral dapat diletakkan dalam kerangka pendidikan karakter. Pendidikan moral merupakan pondasi bagi sebuah karakter. Sehingga pendidikan moral ini sangatlah penting dalam pendidikan bahkan harus di tekankan pada zaman 4.0 yang moralnya mulai tergoyah dan bahkan akan merosotnya nilai moralnya.
Pentingnya penekanan pendidikan karakter pada dimensi moral. Melalui penekanan dimensi moral, pendidikan karakter membelajarkan peserta didik untuk dapat belajar nilai dalam membedakan mana perbuatan baik-buruk, salah-benar. Nilai moral berperan sangat penting dalam membantu pengembangan karakter peserta didik, karenanya melibatkan  proses pengenalan dan internalisasi nilai nilai sosial, termasuk nilai-nilai luhur kebangsaan demikian aktualisasi pendidikan karakter berbasis moral dalam pendidikan di zaman 4.0.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dan studi pustaka. Masalah pada peserta didik yang sering terjadi saat ini dianalisasikan sesuai dengan zaman 4.0 yang semakin berkembang. Hal tersebut agar anak-anak terjerumus pada nilai-nilai yang bersifat negatif pada pertukaran di zaman 4.0 ini. Studi pustaka ini merupakan kegiatan yang relevan untuk diteliti. Dengan menggunakan studi pustaka ini tujuanya supaya kita bisa menemukan informasi dengan mudah untuk meneliti.
Hasil dan Analisis
Penguatan pendidikan karakter di era global yang penuh dengan paradok dan pergeseran nilai, sangat relevan dan urgen dalam mengatasi krisis moral yang tengah terjadi. Mesti penyebab merosotnya moral bersifat kompleks, namun ada dua factor yang tidak dipungkiri, yakni factor sosial internal dan factor eksternal. Pada factor sosial internal, muncul fenomena mulai runtuhnya secara perlahan fungsi sosial terhadap pembentukan moral anak, yang terjadi di zaman 4.0 seperti : berkurangnya  pengawasan orang tua, ketidak pedulian masyarakat, hilangnya ketauladanan, dan disharmonisasi. Sementara factor eksternal, deraan masuknya nilai-nilai dari luar melalui berbagai kemajuan IT secara terus-menerus telah menyebabkan terjadinya pertentangan nilai dalam diri anak, bahkan bertentangan dengan norma-norma yang tengah ditumbuhkan pada keluarga, sekolah dan masyarkatnya. Kedua factor inilah yang menjadi penyebab kemerosotan moral pada anak zaman 4.0.
Menurut Ramli (2001), pendidikan karakter memliki esensi dan makna yang menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga Negara yang baik. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lainya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya moral yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapsitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Begitupun dengan Raharjo (2010) yang menekankan pentingnya dimensi moral dalam pendidikan karakter dan khususnya pada zaman 4.0. Menurutnya, pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang secara holistic menghubungkan di,mensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat di pertanggungjawabkan.
Terkait dengan karakter berbasis moral pada zaman 4.0, pemerintahan Indonesia merancang kembali pendidikan karakter. Arti pendidikan sendiri adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Sedangan arti pendidikan karakter adalah sebagai suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter warga sekolah meliputi: komponen pengetahuan, kesadaran, dan kemauan, serta tindakan untuk melaksanankan nilai-nilai dalam pendidikan. Baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) maupun dengan sesama manusia.
Dekadenis moral sehingga menimpa generasi muda bangsa Indonesia . bentuk dekadensi moral tersebut  meliputi 10 ciri dekadenis moral yang dirumuskan oleh Thomas Lichona. Kesepuluh ciri dekadensi moral tersebut dapat merusak kararter bangasa, yakni, 1)  Meningkatnya kekerasan pada remaja, 2) Penggunaan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh per group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindakan kekerasan, 4) Meningkatnya penggunaan narkoba, alkhohol dan seks bebas, 5) Kaburnya batasan moral buruk-buruk, 6) Menurunya etos kerja, 7) Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) Rendahnya tanggung jawab induvidu dan warga Negara , 9) Membudayakannya ketidak jujuran, 10) Adanya saling curiga dan kebencian diantar sesama.
Pada dasarnya, ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya, peserta didik (anak) berusaha untuk mengembangkan pemahaman  yang benar bagaimana dunia dan manusia bekerja atau mempelajari "aturan main" (sunatullah) dari segala aspek yang ada didunia ini. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik ( berakhlak karimah) jika dapat tumbuh pada lingkungan dan pendidikan yang berkarakter baik pula. Mendidik seseorang hanya pada aspek kecerdasan, tanpa aspek moral, adalah mendidik ancaman (marabahaya) kepada masyarakat. ini menunjukan bahwa jika mengharapkan peserta didik yang berkarakter, maka pendidikan pun harus berkarakter pula khususnya pada berkembang zaman sekarang di zama 4.0 anak-anak semakin  mengikuti berkembangnya zaman maka pendidikan berbasis moral ini harus diterapkan pada zama 4.0. agar anak-anak bebas mengikuti perilaku yang tidak baik, bahkan merusak moral pada anak-anak kalau tidak ditumbuhkan pada pendidikan anak.
Lickona (dalam Kesuma dkk, 2012:63) menjelaskan bahwa tentang nilai-nilai yang harus diajarkan sekolah melalui pendidikan karakter dengan dua prinsip. Pertama,  nilai-nilai yang bermanfaat secara objektif dan disepakati secara umum yang diajarkan di sekolah-sekolah dan masyarakat. Kedua, sekolah sebaiknya tidak hanya menjelaskan atau memaparkan para siswa dengan nilai-nilai tersebut, tetapi juga membantu dan turun lapangan secara langsung agar peserta didik dapat memahami, menginternalisasi, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai tersebut. Adapun nilai moral yang dimaksudkan seperti kejujuran, tanggung jawab, dan ketidak memihakkan mengandung kewajiban.
relevansinya adalah nilai-nilai moral sosial salah satu faktor terpenting untuk pendidikan karakter, karena jika seorang individu tersebut dapat melakukan delapan indikator dengan nilai-nilai pendidikan karakter kepada dirinya sendiri, pasti akan berdampak ke dalam kehidupan sehari-harinya terutama dalam segi pendidikan.
Dunia pendidikan tak luput dari pengaruh globalisasi. Pengaruh informasi dari globalisasi pada zaman 4.0 ini cukup memperhatinkan. Karena tek lepas gadjet dan dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi cenderung mengarah pada kerusakan moral. Munculnya adegan-adegan kekerasan serta baerbau asusila dalam dunia hiburan tentu saja menimbulkan pengaruh negatif terutama bagi para remaja dan anak-anak yang masih memilikijiwa peniru ( selalu mengikuti apa saja yang di ketahui). Bisa disimpulkan bahwa ketatnya arus globalisasi ini bisa membahayakan peserta didik yang jiwanya masih labil. Sehingga perlu adanya perhatian orang tua dalam mengawasi setiap tingkah laku anaknya dan mengontrol setiap kegiatan yang dilakukan oleh sang anak agar tidak kejerumus dalam moral yang buruk. Pendidikan karakter merupakan daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti luhur (karakter), pikiran, dan tubuh anak
Implementasi pendidikan pendidikan karakter disekolah saat ini masih belum mampu menunjukan hasil yang signifikan, sebagaiman yang dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU sikdiknas, 2003: pasal 2). Persoalan yang muncul dalam wacana pendidikan karakter menyangkut banyak hal, antara lain aspek materi dan aspek pedagidi. Dengan kata lain, wacana itu menyangkut "apa: yang diajarkan dan "bagaimana" mengajarkannya. Materi pendidikan karakter tidal lain adalah nilai-nilai moral, baik yang bersifat universal maupun kultural, baik moral kesusilaan maupun moral kesopanan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Penguatan pendidikan karakter di era global yang penuh dengan paradox dan pergeseran nilai, sangat relevan dan urgen dalam mengatasi krisis moral yang tengah terjadi. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lainya anak-anak yang baik (insan kamil).
relevansinya adalah nilai-nilai moral sosial salah satu faktor terpenting untuk pendidikan karakter, karena jika seorang individu tersebut dapat melakukan delapan indikator dengan nilai-nilai pendidikan karakter kepada dirinya sendiri, pasti akan berdampak ke dalam kehidupan sehari-harinya terutama dalam segi pendidikan.
 Dunia pendidikan tak luput dari pengaruh globalisasi. Pengaruh informasi dari globalisasi pada zaman 4.0 ini cukup memperhatinkan. Karena tek lepas gadjet dan dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi cenderung mangarah pada kerusakan moral. Munculnya adegan-adegan kekerasan serta baerbau asusila dalam dunia hiburan tentu saja menimbulkan pengaruh negatif terutama bagi para remaja dan anak-anak yang masih memiliki jiwa peniru ( selalu mengikuti apa saja yang di ketahui).
Saran:
Apabila pembaca sudah memahami dan mengerti apa maksud serta tujuan dari penulis artikel ini, diharapkan pembaca lebih bijak dalam mengahdapi zaman 4.0 ini yang semakin berkembang dan mulai terjadi padda anak-anak sekarang. Diharapkan pembaca bisa memilah budaya yang masuk pada Negara kita. Meskipun perkembangan zaman semakin maju, diharapkan pembaca masih menunjang moral-moral berbudi luhur dalam perkembangan ini. Saya jika berharap para pembaca dapat menerapkan dan menggunakannya untuk masa datang. Semoga artikel ini dapat bemanfaat bagi para pembaca. Saya mengetahui bahwa dalam penulisan artikel ini terdapat beberapa kekurangan baik dalam kesalahan penulisan maupun substansi artikel. Saya saran dan kritiknya guna mengembangkan ilmuan saya, selaku penulis artikel ini.
Referensi

1 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
2 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
3 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
4 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
5 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
Ayu Setiawati, Nanda. 2017. Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Pembentukan Karakter Bangsa.  Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 348-352
6 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
7 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
Salim Mansyur, Agus. 2007. Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter: Konsepsi dan Implementasinya. Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol.  01; No. 01; 1-9
9 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00
10 diakses pada tanggal 31 oktober 2019,pukul 21.00

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun