Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

abd al-ra'uf al-sinkiki

21 Desember 2024   17:05 Diperbarui: 21 Desember 2024   17:05 17 0
B. ABD AL-RA'UF AL-SINKILI (1024-1105/1615-1693)
1. KEHIDUPAN AWAL AL-SINKILI
Abd al-Ra'ufbin 'Ali al-Jawi al-Fansuri al- Sinkili, sebagaimana terlihat dari namanya, adalah seorang Melayu dari Fansur, Sinkil (modern Singkel), di wilayah pantai barat-Laut Aceh. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi Rinkes setelah mengadakan kalkulasi ke belakang dari saat kembalinya dari Timur Tengah ke Aceh menyarankan bahwa dia dilahirkan sekitar 1024/1615." Tahun ini telah diterima sebagian besar ahli tentang al-Sinkili.
Menurut Hasjmi, nenek moyang al-Sinkili berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada akhir abad ke-13. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua yang penting di Pantai Sumatera Barat. Lebih jauh, dia mengatakan, ayah al-Sinkili adalah kakak laki-laki dari Hamzah al-Fansuri." Saya tidak yakin, apakah al-Sinkil benar-benar keponakan Hamzah, sebab tidak ada sumber lain yang mendukung hal itu. Tampaknya, dia mempunyai semacam hubungan keluarga dengannya, sebab dalam sebagian dari karya-karyanya yang kini masih ada, nama al-Sinkili diikuti dengan pernyataan: "yang berbangsa Hamzah Fansurt."
2. JARINGAN ARABIA AL-SINKILI
Al-Sinkili kemungkinan besar meninggalkan Aceh menuju Arabia pada l052/1642. Dia menuliskan daftar 19 orang guru yang dari mereka dia mempelajari berbagai cabang disiplin Islam, dan 2 7 ulama lainnya yang dengan mereka dia mempunyai kontak dan hubungan pribadi. Saya tidak akan menjelaskan riwayat semua gurunya; saya hanya akan menelaah yang paling menonjol di antara mereka. Al-Sinkili belajar di sejumlah tempat, yang tersebar sepanjang rote haji, dari Dhuha (Doha) di wilayah Teluk Persia, Yaman, Jeddah, dan akhirnya Mekkah dan Madinah (lihat Peta 2). Jadi, dia memulai studinya di Dhuha, Qatar-di sini dia belajar dengan 'Abd al-Qadir al-Mawrir," tetapi tampaknya dia tinggal di sana hanya sebentar.
3. PEMIKIRAN DAN PEMBARUAN AL-SINKILI
1. Konsep Wujudiyyah
Al-Sinkili mengkritik paham wujudiyyah yang dipopulerkan oleh Hamzah Fansuri, yang menganggap bahwa satu-satunya wujud hakiki adalah Allah, sedangkan alam hanyalah bayangan dari wujud tersebut. Ia menegaskan bahwa Allah dan alam adalah dua entitas yang berbeda, meskipun ada keserupaan antara keduanya134. Dalam pandangannya, sifat-sifat manusia merupakan refleksi dari sifat-sifat Allah, dan setiap perbuatan manusia adalah manifestasi dari kehendak Allah.
2. Zikir dan Tasawuf
Al-Sinkili menekankan pentingnya zikir sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keadaan fana, di mana hanya ada wujud Allah yang diakui15. Ia menjelaskan bahwa zikir membantu manusia untuk mengingat Allah dan melepaskan diri dari sifat lalai24. Pemikirannya tentang tasawuf berusaha mengintegrasikan ajaran spiritual dengan praktik syariat, sehingga tidak terlepas dari konteks keagamaan yang lebih luas.


3. Martabat Perwujudan
Dalam ajarannya, Al-Sinkili membagi perwujudan Tuhan menjadi tiga martabat:
Ahadiyah: keadaan di mana alam masih dalam ilmu Tuhan.
Wahdah: penciptaan hakikat Muhammad yang menjadi potensi bagi penciptaan alam.
Wahdiyah: tahap di mana alam mulai tercipta sebagai manifestasi dari hakikat Tuhan.
Sebagai tokoh moderat, Al-Sinkili berperan penting dalam menyebarkan pemikiran Islam di Aceh dan sekitarnya. Ia menghasilkan lebih dari 30 karya tulis yang mencakup berbagai aspek ajaran Islam, termasuk tauhid, akhlak, dan tasawuf45. Melalui karyanya, ia berusaha menyatukan berbagai aliran pemikiran dalam Islam dan memberikan panduan bagi umat untuk memahami ajaran agama dengan lebih baik.
Dengan pendekatan yang kompromis dan inklusif, Syekh Abdurrauf Al-Sinkili tidak hanya memperkuat pemahaman tasawuf di kalangan masyarakat Aceh tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan spiritualitas Islam di Indonesia pada abad ke-17.
4. JARINGAN MELAYU-INDONESIA AL-SINKILI
Al-Sinkili, sebagaimana telah dikemukakan, tampaknya sudah mulai mengajar ketika dia masih berada di Haramayn, tetapi saya tidak mendapatkan informasi mengenai murid-muridnya di sana. Baru setelah dia kembali ke Aceh, penulis dapat melacak jaringan murid-murid Melayu-Indonesianya. Murid-murid ini, pada gilirannya, juga bertanggungjawab atas tersebarnya ajaran-ajaran dan tarekat-tarekat al-Sinkili, terutama Tarekat Syathariyah, di banyak negeri Kepulauan Nusantara.
Tidak ragu lagi, jenis Tarekat Syathariyah-sering kali dikaitkan dengan jenis tasawuf di India-yang dikembangkan al-Sinkili di Nusantara, adalah jenis tarekat yang telah diperbarui para tokoh terkemuka dalam jaringan ulama, seperti Ahmad al-Syinnawi dan Ahmadal-Qusyasyi. Archer, dalam telaah klasiknya, menyebut Syathariyah yang diperkenalkan al-Sinkili sebagai "jalan ortodoks" Meski dalam silsilahnya al-Sinkili mengacu pada tarekat itu sebagai Syathariyah, dia juga menyebutnya Tarekat Qusyasyiyah. Tarekat Syathariyah juga dikenal sebagai Tarekat 'Isyqiyah di Iran clan sebagai Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmaniyah, tetapi tidak umum dikenal sebagai Tarekat Qusyasyiyah. Karena itu, Tarekat Qusyasyiyah merupakan nama lain Tarekat Syathariyah yang telah diperbarui dan menjadi suatu fenomena Melayu-Indonesia yang unik. Ini dapat dianggap sebagai indikasi dari usaha al-Sinkili melepaskan tarekatnya dari citra Tarekat Syathariyah awal. Tarekat Qusyasyiyah terdapat di banyak bagian di Nusantara.B. ABD AL-RA'UF AL-SINKILI (1024-1105/1615-1693)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun