Kamu kemana aja?
Pernah menyayangi orang begitu rupa dahulu, kemudian memutuskan pergi darinya karena tidak sesuai harapan.
Tak ada yang salah, karena kita yang berharap banyak.
kalimat diatas saya tanyakan ketika beberapa hari lalu menyanggupi bertemu dengan dia.
Jawabannya?
Aku disini tidak kemana mana, hanya kamu yang tidak bisa kujangkau lagi. Entah kenapa kamu membenci aku begitu rupa, karena sesuatu yang sudah ada padaku sedari lama.Â
Hiburanku cuma satu, melihat Whatsapp statusmu, senyummu , walau aku tak tahu kau sedang bergembira dengan siapa.Â
Aku tidak seperti dulu mengejarmu, mencarimu ke segala penjuru karena aku tau kamu sedang menghukum aku.Â
Ratusan sapaan chat ku tak pernah kau balas, hanya kau baca.
Tapi, centang biru saja sudah membahagiakanku, artinya kau baca.Â
Dan, beberapa hari lalu entah keberanian dari mana mencoba menyapamu lagi.Â
Aku sudah siap seandainya semua berakhir dengan centang biru, nyatanya kau balas kan dan menyanggupi makan siang ini.Â
Jadi, apa kabarmu?Â
.
.
.
.
.
Lancar sekali dia bicara dengan intonasi tenangnya, kemudian tertawa melihatku tegang.
Tanpa sepengetahuanku dia sudah memesan Sup Jagung Kepiting, Cap Cay Goreng tanpa jeroan, dan Jeruk Panas.
Semua terhidang beberapa menit setelah dia bicara tadi.
" Aku benar-benar ingin merayakan KITA".
" Tidak keberatan kan aku sudah pesan semua? "