Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ariel & Luna (Sex & the City 2)

8 Juni 2010   21:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:39 6025 0
Seharusnya saya konsisten saja dengan meneruskan edisi tulisan Auschwitz - Birkenau. Tapi kok tumben, begitu menengok Facebook, lagi ramai kasak -kusuk video heboh nya Ariel dan Luna Maya. Ini sih bukan barang baru sebenarnya. Dan saya juga belum pernah menanggapi gosip -gosip ginian sebelumnya. Tapi kali ini lain.

Saya sontak langsung ber you-tube ria. Tapi bukan untuk mencari video hot tersebut, melainkan untuk mencari koleksi lagu -lagu Peter Pan, dan tentu saja mendengarkan ke khasan dan kemerduan suara Ariel. Heran juga saya dengan diri sendiri. Tiga tahun lebih hidup di negara orang, belum pernah saya sengaja nge you-tube untuk mendengarkan lagu Indonesia ( kecuali Anggun).  Kali ini, sambil menurunkan tulisan ini, saya bahkan mendendangkan 'yang terdalam' nya si Peter Pan ( sambil nyontek lirik boleh dapat dari Internet, dan ini sudah kali kedelepan lagu itu saya putar ulang dan dendangkan). Ini revolusi buat saya. Belum pernah saya mendendangkan sepotong lagupun dari grup Peter Pan, karena biasanya adik laki-laki saya melakukannya untuk saya ( dia penggemar berat Ariel).

Tapi, kata 'obyektif' mungkin menemukan maknanya di sini. Maksud saya, saya secara diskriminatif menilai bahwa kualitas karya mereka, suara si Ariel dan lagu -lagu mereka memang bagus dan saya (merasa) harus memisahkan antara penilaian atas kreativitas dengan karakter atau perilaku. saya merasa lebih lega karenanya, karena tidak perlu turut menjadi "hakim" atas peristiwa yang peluangnya bisa jadi sama bagi setiap orang tanpa pandang bulu. Jangan tanya saya kenapa peluangnya bisa sama.

Saya putar kembali lagu yang sama.

Sebelum saya meluncur ke kompasiana, saya menulis catatan di Facebook, dengan judul yang sama. Catatan tersebut saya buka untuk umum ( sementara ini). Kendati saya menurunkan judul yang sama, tidak efisien rasanya bila saya menulis muatan yang sama pula.

Banyak gosip miring saya dengar tentang Luna Maya dari orang -orang yang mengaku 'tahu' tentang berita yang mereka gosipkan. Namun, bottom-line nya adalah ( kalau saya harus mengambil sikap), selama yang bersangkutan tidak menceritakannya sendiri kepada saya, berarti itu belum menjadi urusan saya.

Dan seringkali, dalam peristiwa sehari -hari dan terjadi pada orang kebanyakan, tidak terkenal, namun saya kenal, peristiwa 'memelas' seperti yang menimpa Ariel dan Luna, hanya mampu membuat saya terdiam. Dalam hati, kadang saya berkata pada diri sendiri, " bila ini kamu anggap aib, saya pun demikian".

Kendati saya tidak tahu bagaimana video itu bisa lolos ke publik, saya pikir, menontonnya saja bagi saya adalah sebuah aib. Artinya, saya malu bila saya harus menontonnya tanpa harus menimbang empati atau simpati kepada yang bersangkutan ( siapa pun itu). Rasa malu itu, tidak hanya ditunjukkan dari aurat yang tertutup bukan? Tapi dari sikap, pendirian dan  keputusan juga.

Bukan bermaksud menjadi protagonis di sini, tapi peristiwa macam ini seperti memberikan saya kesempatan untuk lebih mawas diri.

Masih dengan lagu yang sama ( entah kenapa saya bisa terdampar dengan 'yang terdalam' nya si Peter Pan gini). Ah, Ariel....suara kamu bagus...( menyadur tulisan saya sendiri di face book) "cerdas dikit napa sih"...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun