Kulihat lagi peralatanku: sebilah pisau, gayung, dan tikar. OK, lengkap. Kedua tali gantungan gulungan tikar kusandangkan di bahu seperti memakai ransel. Aku berjalan dengan mantap menuju padasan dibawah pohon Belimbing. Barangkali kamu nggak tahu, padasan itu adalah sebuah gentong setinggi kepalaku yang biasa digunakan untuk mengambil air wudu. Kucabut sumbat potongan karet sehingga air mengalir melewati lubang di bagian bawah gentong, mengisi gayungku perlahan-lahan. Kucelupkan pisau dalam gayung yang terisi setengahnya, lalu mulai menaiki menara air di seberang pohon belimbing dengan hati-hati.