Bagaimana mungkin pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, jika sumber belajarĀ utama berupa buku siswa belum dipegang oleh siswa. Sementara pembelajaran dalam kurikulum sangat menekankan aktivitas siswa. Guru juga bingung harus melakukan pembelajaran model apa untuk mengajarkan materi sesuai yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Masih banyak guru-guru dilapangan yang belum dibekali dengan pelatihan kurikulum baru tersebut, yang akhirnya para guru tersebut memilih untuk kembali pada pembelajaran lama (kurikulum 2006). Namun demikian banyak pula guru yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menerapakan pembelajaran sesuai kurikulum 2013.Tanpa sarana pendukung yang memadai rasanya sangat sulit bagi guru untuk memperoleh hasil yang maksimal dari adanya perubahan kurikulum 2013.
Banyaknya administrasi penilaian dalam kurikulum 2013 juga merupakan salah satu penghambat guru untuk beraktivitas lebih dalam pembelajaran. Menurut saya, dengan banyaknya penilaian telah menjatuhkan esensi dari kurikulum 2013 itu sendiri karena lebih mementingkan penilaian dibandingkan pembelajaran itu sendiri bagi guru. Guru dalam pembelajaran merasa dikejar-kejar oleh penilaian yang cukup banyaknya tiap-tiap KD. Inilah yang harus diperbaiki oleh pemerintah agar pelaksanaan kurikulum berjalan sesuai arah yang dikehendaki.
Sistem konversi nilai dari skala 100 ke skala 4, kalo kita cermati buat apa harus dikonversi? rasanya tidak ada manfaatnya... kalo mau membuat nilai A, B, C, D atau E bisa saja membuat panduan nilai dari skala 100 lalu dibuat rentang tertentu untuk nilai A, B, C, D atau E. Ini yang membuat saya berpikir kenapa pemerintah harus membuat nilai skala 4 yang tiada arti danĀ juga masih simpang siur ketentuannya.