Merdeka !!!
Mbah Omo ... Jenderal !!!
Merdeka !!!
Mbah Omo ... Jenderal !!!
Merdeka !!!
.....
Teriak anak-anak di depan rumah membuatku kaget dalam tidur siang. "Ah bikin ribut aja ntuh anak?" desahku dalam hati. Kulirik pandanganku keluar jendela kamarku, rupanya anak-anak rame menyoraki Mbah Omo tetangga sebelah rumahku. Siang itu seperti biasanya Mbah Omo baru pulang dari keliling kampung dengan sepeda ontel merek Raleighnya. Mbah Omo seorang kakek bercucu 16 dari 4 anaknya, wajahnya yang sudah renta dengan agak keriput berkaca mata hitam pakaian loreng-loreng mirip ABRI adalah ciri khasnya, makanya anak-anak suka menggodanya dengan sebutan "Mbah Omo Jenderal". Namun yang membuat tambah rame jawaban "Merdeka" secara lantang dari Mbah Omo. Terus terang aku salut pada kecintaannya pada negara ini. Terkadang dalam hatiku merasa iri untuk juga memekikan kemerdekaan itu, tapi entah kenapa malu. Begitu bangganya Mbah Omo pada kemeredekaan negeri ini, sehingga beliau tetap semangat bekerja di hari tuanya. Sebagai bekas pejuang yang tak pernah tedaftar di pemerintah, ia tak pernah menuntut pemerintah atau masyarakat sekitar untuk menghargainya ataupun menuntut materi berbeda seperti sekarang yang dilakukan oleh beberapa oknum pejabat.
Beliau mempunyai kehidupan yang biasa di masyrakat dan dikenal sebagai orang yang suka humor, tetapi semangat untuk mencintai negeri ini yang membuat Aku selalu iri dan ingin berbuat sepertinya.