Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

EIN SOF: Ketika Kemarahan Dapat Terdeteksi

5 Maret 2014   18:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 40 0
Pagi hari, ketika sinar matahari masih memberikan vitamin pada tubuh, Ein Sof berlari-lari kecil di sebuah lapangan sepak bola yang tak terurus. Ujung-ujung ilalang sesekali mematuk betisnya yang tak berselimutkan kaos kaki. Sejak mengetahui ia mengidap penyakit gula, Ein Sof mulai belajar memanfaatkan matahari pagi dengan berlari-lari kecil. Sebetulnya masih ada satu tempat yang sangat jauh lebih baik dari lapangan ini. Letaknya sekitar lima ratus meter dari rumahnya. Hanya saja untuk menikmati lapangan yang indah di pinggir danau buatan itu ia harus mengeluarkan uang dua milyar terlebih dahulu. Yah, lapangan itu adalah fasilitas untuk orang-orang yang mampu membeli rumah elit di samping tempat tinggalnya. Sebetulnya lapangannya sekarang tidak terlalu buruk untuk menjadi sarana publik dulunya. Tetapi semuanya berubah sejak pejabat yang baru ditempatkan untuk menjadi kepala GOR yang baru. Isunya semua dana pemeliharaan lapangan dipakai untuk kepentingan dirinya sendiri. Ein Sof sendiri tidak mau ambil pusing dengan perkara itu selama sinar matahari pagi tidak diambil darinya.

“Ein Sof!!”, teriakan itu membuyarkan lamunannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun