"Hei, LAHAB! Kamu itu bagaimana, pacaran di depan umum, apa nggak malu?!" katanya agak marah. "Malu itu sebagian dari iman, tau!"
"Kyai, saya ini lagi refreshing. Masak orang refresing dilarang. Nih kenalin," kata 'Lahab' sambil menyodorkan tangan gebetannya. Melihat cewek yang cantiknya bukan kepalang itu, kyai tidak mampu menepis, tangannya pun mengulur berkenalan.
"Bagaimana, kyai, cantik nggak...?" tanya Lahab. Kyai hanya menelan ludah sambil membatin, "Ha-ah, cantik gile...!" Kyai kemudian . . .menasehati lahab dengan bijak. "Lahab, berduaan dengan yang bukan muhrim itu tidak baik, temannya setan. Apalagi kalau sampai hamil, bisa bahaya dan dosa besar!"
"Itu kalau hamil, wong saya pacaran tidak sampai menghamili kok, berarti dosanya kecil", kata Lahab tanpa beban. Kyai heran sambil ngibrit pergi.
Pesan : Kita jangan membuat pandangan sendiri tentang suatu hal kalau kita tidak tahu apa yang mendasari atas apa yang kita pandang. Intinya jangan membuat opini dalam sebuah opini. :)
Salam Kompasiana!
Toras Lubis, 18/02/2014