Semakin hari semakin akrab. Ketika dia sedang tidak online tiba tiba merasa rindu. Ahirnya nyelonong masuk ke inbok dan mengirimkan sebuah pesan kepadanya. Tanya pin BB, tanya nomor HP biar bisa Whatsapp-an juga.
Ujung ujungnya salah satu dari mereka berkata "kenapa ya kita tidak dipertemukan dari dulu padahal kamu adalah orang yang paling bisa ngertiin aku?". Hati mulai membuat jalur sendiri, jalur buat perempuan/laki-laki lain.
Lalu ketemuan di dunia nyata. Bencana hati pun tak terhindarkan. Mulai sibuk memperhatikan dia daripada merhatiin pasangan sendiri, lebih sering menghubungi dia daripada mneghubungi pasangan sendiri. Kemesraan dengan pasangan sendiripun mulai hilang.
Ketenangan hati mulai terusik, konsentrasi untuk meraih sukses jadi buyar, niat untuk mewujudkan keluarga sakinah dengan pasangan sudah menipis di gerogoti nafsu birahi.
Hatinya menghitam karna sering berdusta, telinganya menjadi tuli tidak mendengar nasehat baik, matanya jadi rabun terilusi dengan rasa penasaran, fikirannya menjadi tumpul tertindih oleh harapan semu. Pasangannya menangis, orang tua dan mertua ikut bingung, anak anaknya jadi rewel, para tetangga mulai menggosip.
Padahal dengan yang baru belum tentu lebih bahagia. Mereka hanya dipermainkan dunia dan disibukkan dengan hal hal yang tak membawa ketenangan. Hidup ini berharga dan hanya 1 masa janganlah kita gunakan untuk menumpuk dosa
Sebelum kehancuran itu terjadi, selamatkan hati, selamatkan keluarga dan selamatkan diri dari godaan yang akan menjerumuskanmu. Semua cobaan itu pada hakekatnya ilusi, fana dan perangkap. Jadi hati-hatilah.
Salam Kompasiana!
Toras Lubis, 10/04/2014