(Tanggapan untuk artikel Prayitno Ramelan yg berjudul "Peluang Prabowo Menjadi Presiden Semakin Besar") Pak Pray, Prabowo hanya akan maju sebagai capres jika Gerindra mendapatkan suara sangat signifikan, atau dengan kata lain dia masuk ke jajaran 3 besar yang sekarang masih dihuni PD, PG, & PDIP. Jika tidak, dia harus berkoalisi. Partai mana yang paling klop berkoalisi dengan Gerindra, sejauh ini hanya PDIP. Problemnya, PDIP hampir pasti akan tetap mencalonkan Megawati. Taufik Kiemas kurang setuju? Suara arus bawah masih menghendaki Mega, dan tidak ada satupun tokoh internal PDIP yang sanggup menyaingi pengaruh/dominasi Mega, termasuk Puan sekalipun. Dan jika suara PDIP konstan sementara Gerindra jauh selisihnya (sejauh ini survei-survei memberi gambaran progresif bagi Prabowo, tapi tidak pada Gerindra), sulit menemukan legitimasi bahwa Mega akan mengalah di posisi cawapres. Jikalaupun dipaksakan Puan akan ditandemkan sebagai cawapres & Prabowo sebagai capresnya, PDIP akan sangat menghitung pengaruh, kharisma, popularitas, & elektabilitas Puan yang sangat tidak kelihatan dalam berbagai survei. Dari situasi sederhana tersebut Pak Pray, saya pikir skenarionya akan kembali seperti pilpres 2009. Melalui proses yang sangat alot, akhirnya Prabowo akan kembali menerima posisi cawapres Mega. Itu jika hitung-hitungannya berkoalisi dengan PDIP. Namun, Prabowo masih berpeluang menjadi capres jika berhasil menarik kekuatan partai-partai tengah ke dalam koalisinya. Dari pattern koalisi yang ada di masa SBY, sepertinya hanya PKS & Hanura saja yang berpeluang ditarik jadi mitra Gerindra. Sementara PAN, PKB, PPP lebih nyaman dengan Demokrat atau Golkar. Dua partai besar ini sudah pasti akan menyiapkan calon-calonnya sendiri, dan sikapnya relatif akan sama dengan PDIP, yang karena merasa suaranya besar maka jatah capres harus ada pada mereka. Bagaimana dengan Nasdem yang secara survei diprediksi akan bersuara signifikan? Secara ‘ideologi’ & kultur, mereka lebih dekat ke PD & Golkar. Dan Nasdem sendiri sangat mungkin akan berusaha keras memajukan capres sendiri jika sepertt prediksi survei-survei sementara ini dianggap yang paling berpeluang menempel tiga besar yg ada (PD, PG, PDIP). Jika situasinya demikian, peluang Prabowo akan makin berat. Beratnya pada sisi keharusan mendapatkan dukungan dalam format koalisi baru. Sebagai tambahan, selain Nasdem ada satu lagi kekuatan politik baru yang kemungkinan akan cukup membetot perhatian calon pemilih, yaitu Partai SRI yang mencalonkan Sri Mulyani. Partai SRI sudah berbadan hukum dan tinggal menunggu/mengikuti proses verifikasi KPU nantinya. Hadirnya Sri Mulyani di bursa pencapresan akan sangat mempengaruhi pola pengelompokan/koalisi pra pemilu presiden. Gerindra & Prabowo akan mendapat pesaing berarti dalam hal merebut hati partai-partai tengah (atau bahkan partai besar) dalam upayanya memperoleh dukungan bagi pencapresannya. Karena kondisi persaingan itulah, kemungkinan besar Prabowo akan memilih kembali berkoalisi dengan Megawati dalam pilpres 2014. Jika demikian situasinya, suka tidak suka, realitas politik akan memaksa Prabowo untuk hanya menerima posisi cawapresnya Megawati. Hipotesis ini hanya bisa terbatalkan jika Gerindra menyodok di posisi tiga besar pada pemilu legislatif 2014. Dan itu sangat sulit.[tj]
KEMBALI KE ARTIKEL