Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Sayur Kangkung dan Beunteur Goreng

2 September 2023   06:11 Diperbarui: 2 September 2023   06:55 264 7
Masih terbayang lezatnya beunteur goreng dan jugasayur kangkung buatan Bi Odah saat Radit menikmati makan siang, ia bertekad akan mendapatkan beunteur di sungai Cipager agar bisa menyantap ikan berukuran kecil namun gurihnya begitu terasa.



Jika diracik dengan bumbu yang pas ala Bi Odah, beunteur goreng adalah lauk yang nikmat saat disantap dengan nasi yangmasih panas, apalagi ditambah sayur kangkung, duh lezatnya itu ngangenin.



Namun teringat kembali ucapan Bi Odah bahwa sungai Cipager saat ini, untuk mendapatkan ikan beunteur itu sangat susah, dahulu yang mau menangkap ikan kecil yang mirip ikan teri itu sangat gampang, namun karenaorang orang yang suka mortas atau memberi racun ikan ke sungai, perlahan beunteur pun kian susut dan mulai jarang terlihat di sungai Cipager.



"Nggak asyik ah kalau mancing mah, mendingan juga tunggu matangnya, kayak tadi hidangan Bi Odah, beunteur goreng ditambah sayur kangkung dan juga sambalnya, enak pisan," tukas Bagas cepat.

"Kamu itu Gas, giliran makan mah cepat pisan, secepatngabisin sayur kangkungnya Bi Odah," jawab Radit seraya menepuk pundak Bagas.



Mereka tertawa bersama, Radit dan Bagas memang dari dahulu bersahabat meski rumah mereka agak berjauhan, kalau Radit agak ke selatan desa, sedangkan Bagas berada di utara desa dekat dengan tempat mereka bersekolah yakni SD Rajawetan.



Namun acapkali mereka bersepakat jika bertemu dirumah Neneknya Radit yang berada di tengah tengah desa, dekat lapangan voli,balai desa dan juga masjid



Bagas anak seorang buruh tani, berperawakan agak kurus dengan rambut yang berdiri, kalau tertawa lebar dan memperlihatkan deretan giginya yang putih, boleh dibilang Bagas merupakan teman karib Radit.



SedangkanRadit memiliki tubuh tidak kurus atau pun gendut, tubuhnya tegap dengan kulitnya  yang putih, rambut lurus, mereka berteman sejak kecil ketika sama sama belajar di PAUD Bunga Bangsa yang tak jauh dari SD Rajawetan.



"Heran ya dengan Bi Odah, kalau masak kok selalu enak.Padahal kalau masak juga tidak selalu yang mewah, tahu dan tempe, sayuranseperti kangkung atau bayam, namun kok selalu enak," puji Bagas akan masakan Bi Odah yang memang lezat.



"Jangan lupa juga lho, suaminya Bi Odah yakni Mang Kasmin, jago masak nasi. Hampir semua hajatan di desa ini yang masak nasinya adalah Mang Kasmin," balas Radit.

"Suami istri yang kompak. Eh jadi kan kita mancing disungai Cipager besok?"tukas Bagas sambil melirik sahabatnya.

"Entahlah, tapi agak bosan juga ya kalau sudah belajar daring, kapan kapan kita mancing di Cipager yuk," ajak Radit.

"Kalau begitu kita siapkan pancingnya meureun, kenur dan juga bambu sebagai gagang pancing,"ujar Bagas.

"Sayang ya Gas, kita sudah tidak bisa memancing beunteur di sungai Cipager, andai masih ada tentu asyik nyari beunteur," ungkap Radit kepada Bagas.

"Bukan tidak bisa atuh Radit untuk memancing beunteur tapi sekarang ikan itu tak semudah dahulu saat mendapatkannya, begitu kira kira Bi Odah mengatakan tadi," jawab Bagas.



Radit mengangguk ngangguk, benar juga apa yang dikatakan Bagas, bahwa bisa saja ia mendapatkan beunteur di sungai Cipager,namun yang harus dilakukan adalah tahu dimana para beunteur itu berada disungai.



Kalau ingat cerita Bi Odah, ingin rasanya Radit berada di kampung zaman baheula, saat tak ada listrik, mungkin juga pastinya tak ada hape, suasana desa yang asri dan Cipager masih banyak beunteur.



"Kita bantuin Aa Dedi yuk buat persiapan sholat Ashardi masjid," ajak Bagas.

"Oh iya sebentar lagi waktu Ashar tiba."

"Tapi aku ke rumah dahulu ya untuk ambil kain sarung,"jawab Radit.



Mereka berjalan menuju masjid, melewati gang dan arah pintasan agar lebih cepat tiba, berbelok melewati kebon singkong milik Nini nyaRadit. Sambil menunggu Bagas mengambil sarung, Radit mampir ke rumah Nini,siapa tahu Nenek punya singkong goreng. Bukan singkong goreng yang didapat Radit, namun ada kue bolu caramel, dalam hati Radit kegirangan mendapat kue yang enak itu.



"Hatur nuhun ya Ni kue bolunya, Radit berangkat dahuluke masjid bersama Bagas," ucap Radit seraya mencium telapak tangan Nini.



 Radit dan Bagas kemudian melintasi lapangan voli yang juga sering digunakan untuk main futsal.Beberapa teman Radit dan Bagas juga terlihat bermain bola, ada juga anak perempuan yang sedang bermain lompat karet. Suasana sore di "alun alun" desa memang selalu ramai anak anak bermain.



"Woi main bola yuk, lagi seru nih!" Teriak Tolib memanggil Radit.

"Entar deh kalau selesai sholat, tunggu saja," balasRadit.



Tolib mengacungkan jempol mendengar jawaban Radit,terlihat ia menggocek bola dan melewati dua pemain dan dengan gerakan lincah ia menendang ke arah kiri yang tak bisa dijangkau oleh kiper, gol! Teman sekelas Radit yang bernama Tolib memang gemar bermain bola dan terhitung pemain andalan jika SD Rajawetan melakukan pertandingan. Berposisi sebagai penyerang dan ia jago mencetak gol.



Bagas dan Radit menyalami Aa Dedi yang merupakan guru ngaji mereka, Aa Dedi pernah mondok di pesantren di Garut. Bagas paling senang jika diberi tugas oleh Aa Dedi bila mengumandangkan adzan atau iqomat, selain lapangan sepak bola, masjid pun menjadi tempat menyenangkan bagi Radit dan Bagas.



Usai sholat, Bagas dan Radit menuju lapangan, disana telah menunggu Tolib yang kelihatannya tak sabar bertanding melawan Radit, adajuga Gopar.



Kalau anak perempuan, ada Neng Dewi dan Maya  dan Titin, sedang bermain lompat tali karet. Tolib memilih tim dan ia menunjuk Gopar dan Yayan dan dua temannya.Pas berlima, sedangkan Radit bermain bersama Bagas, Yadi, Supri, Saputra danAsep.



Gocekan Tolib memang jempolan, kurang dari lima menit malah gawang Radit sudah kejebolan tendangan Tolib, ia tersenyum puas ketika Radit harus memungut bola, skor menjadi satu nol untuk timnya Tolib.



"Tenang masih ada waktu  untuk membalas gol Tolib," hibur Saputra yang berposisi sebagai bek.

"Hebat euy si Tolib, sudah dihadang juga masih bisa nyeplosin bola," gerutu Bagas seraya memuji juga kemampuan Tolib.

"Maaf ya bolanya susah di tangkap," sesal Radit kepada teman temannya.



Permainan dimulai dari tengah lapangan, kali ini Tolib mencoba mengelabui Saputra untuk melewati, namun Saputra tak kalah cerdik karena mampu mengetahui arah bola yang akan Tolib umpan, dengan lihay Saputra mampu merebut bola dan ia mengoper ke Bagas yang berdiri bebas, Bagas berlari mendekati gawang, namun sayang tendangannya malah melenceng.



Tim Tolib kini unggul dan ia tampak puas, waktu berjalan seakan lebih cepat kalau bermain. Tak terasa waktu akan memasuki waktu Maghrib, terdengar Mang Karim mengingatkan anak anak yang bermain bola untuk berhenti karena beduk Maghrib akan segera berbunyi. Akhirnya Radit harus pulang dengan kekalahan dari timnya Tolib, mereka berjanji besok akan bermain kembali.



Keterangan:

Meureun(Bhs Sunda)=Mungkin

Hatur nuhun(Bhs Sunda)=Terima kasih

Nini(Bhs Sunda)=Nenek

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun