Yang paling diingat oleh saya ialah saat Mas Goen menulis tentang Kalpataru,yang saya tahu saat itu adalah kalpataru adalah penghargaan prestisus dari pemerintah untuk orang atau golongan yang berupaya melestarikan,menjaga,atau mengupayakan perbaikan lingkungan,dan penghargaan tersebut di era orde baru sangatlah bergengsi.
Namun saat Goenawan Muhammad menuliskan tentang Kalpataru yang berarti pohon kehidupan,ada semacam kengerian yang saya rasakan saat membacanya,entah di tahun berapa dan di nomor berapa saat itu Mas Goenawan menuliskan di majalah Tempo,namun alur tulisannya saya ingat walau mungkin tak persis sama seperti di catatan pinggirnya Mas Goen,kurang lebihnya begini:
Tersebutlah dua orang anak saat bermain menemukan sebuah pohon,tak dinyana pohon itu mampu memberikan apa saja yang mereka minta,sejak saat itu mereka pun meminta segala hal,mulai dari makanan,mainan,pakaian dan semua keinginan dari hasrat mereka,lama kelamaan pohon kalpataru pun ramai di kunjungi orang untuk meminta,maka hutan yang sepi pun menjadi ramai di kujungi orang orang.
Dua anak yang menemukan pohon pun pada akhirnya tumbuh instan menjadi pria dewasa maka yang di minta pun semakin beragam,mulai dari perempuan,sex,harta tahta dan kekayaan bendawi lainnya,pohon semakin ramai di kunjungi dan semua orang berdesak desakan,hingga satu ketika seorang yang cacat kakinya dan tak bisa berjalan,ia ingin sembuh dan ikut dalam kerumunan,namun ternyata ia kalah oleh orang orang yang sehat,lalu setelah berdesakan ia pun menyerah dan berangsur pergi menjauh dari kerumunan dan hanya menatap dari kejauhan,kakinya masih lumpuh.
Pelajaran yang diambil,sisi kemanusiaan menemukan ketamakan jika ada kesempatan,tak jauh jauh,akhirnya di negeri ini ketamakan adalah panglima,lihatlah berapa kepala daerah baik itu bupati,walikota,gubernur,menteri,anggota dewan akhirnya berakhir di bui,miskinkah mereka dibanding rakyatnya yang diwakilinya itu?Tidak,mereka lebih sejatera dibanding rakyat kebanyakan,cukup makan nasi,sayuran daging sapi,dan buah buahan.
Kalau di analogikan mungkin rakyat ini seperti seorang yang lumpuh di depan pohon Kalpataru,ia hanya ingin sembuh namun akhirnya tersingkir karena ia lemah,ia papa dan ia miskin,ini mungkin sindiran Mas Goenawan terhadap bangsa ini,atau ah mungkin saya terlalu lebay saudara saudara,namun di sana mungkin ada pelajaran bagi kita semua,semoga kita bukan manusia tamak yang rakus akan segala hal,ada kalanya kita harus menepi dari semua godaan duniawi,mungkin berat bukan berarti tak bisa sih,sebuah pelajaran yang mungkin patut kita renungkan,Kalpataru engkaulah sebuah cerita tentang ketamakan orang,sebuah catatan pinggir yang begitu membekas di benak saya selama bertahun tahun.