Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Setelah Prihatin Lalu Apa?

28 Maret 2014   12:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 27 0
Ketika dalam diam serasa merawat luka

Dalam tahun tahun kelam sebuah rezim sebuah negara

Akankah kita bisa saling menguatkan atas nama harga diri bangsa

Diluar sana leher leher mereka menunggu tajamnya pedang

Namun semua itu bisa dicegah dengan milyaran rupiah

Bukankah ini sebuah nestapa bagi bangsa besar berkalung zamrud khatulistiwa

Tak bisa lagi kita menutup mata

Darsem tinggal nama beberapa tahun yang lampau

Satinah pun tampaknya segera menyusul

Bukan sebuah kematian yang yang kami tangisi

Kami menangisi kesedihan akan sebuah derita anak bangsa

Tentu saja bukan memaknainya dengan kata prihatin bukan?

Hinakah hidup kita sehingga jiwa jiwa merdeka anak bangsanya harus pergi jauh

Hanya untuk di sebut pahlawan devisa

Ironi pun seolah menar nari salsa di depan kepala

Mengejekku dengan rasa siksa yang begitu pedih

Karena ini sering terjadi semenjak dulu

Dimana payung hukum yang kucari cari tapi tak pernah kutemui

Kilatan pedang semakin benderang

Siap putuskan nyali dan juga nyawa

ribuan koin telah terkumpul namun tampaknya tak penuhi tembusan

berlutut dalam diam dengan diasapi perih

Memang tak enak cerita TKW/TKI negeri ini

Oh aku tak ingin lagi dengar kalimat ini

Sungguh kami prihati,cukup sudah!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun