Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Surat Perjanjian Pra Nikah Anti Poligami

7 November 2019   02:38 Diperbarui: 7 November 2019   03:12 104 1
Saya tanya, "Kok bisa tiba-tiba minta poligami. Emangnya dulu pas mau nikah perjanjian lu gimana?"

"Ya, biasalah. Kita berjanji tetap setia sampai kakek nenek, sehidup semati lah..." jawab ni teman.

"Lu gak bikin perjanjian laki lu gak boleh poligami?"

"Kagak lah, gile lu.... Emang ada yang begituan?"

"Kalau gak ada, emang gak bisa diadain? Why not? Daripada lu kelabakan sekarang..."

Singkat cerita, teman saya ini memilih berpisah. Sekarang dalam proses yg masih maju mundur. Teman saya yang lain, sebelumnya, juga ambil sikap yang sama, minta diceraikan. Tapi ada satu teman lagi, yang semula minta cerai, akhirnya menerima dipoligami.

Jadi intinya, menurut saya, enggak ada salahnya kalau kaum perempuan yang akan menikah membuat surat perjanjian dulu. Banyak poin penting yang bisa dimasukkan sebagai kesepakatan yang dibuat secara sadar dan objektif, sebelum menikah. Khusus untuk teman-teman perempuan, baiknya klausul suami tidak akan poligami bisa dimasukkan.

Mungkin saja ada yang dalam hati tidak menginginkan suaminya poligami (siapa sih yang mau? hehehe), tapi karena alasan ajaran agama, terpaksa tidak menolak. So, kenapa tidak menetapkan syarat jauh-jauh hari?

Contoh saja, oke suami diizinkan poligami dengan syarat: membayar 1000 kali lipat mahar saat perkawinan pertama. Mau ditinggikan jadi 5000 kali lipat, silakan (siapa tahu suami melejit kariernya dan dapat rejeki nomplok wkwkwkw).

Let's say saat menikah maharnya emas 10 gram (maklum masih miskin). Pas suami makin tajir dan mulai aneh-aneh pengen poligami, suami harus memenuhi syarat mahar 10 gram kali 1000 = 10 kilogram emas (Rp 7 M). Kan lumayan tuh buat modal kawin lagi kalau si istri memilih cerai setelah itu. So, suami yang mau poligami biar mikir panjang.

Kenapa surat perjanjian model begini penting, buat jaga-jaga saja. Orang enggak pernah tahu dinamika rumah tangga seperti apa ke depannya. Tapi preventif penting. Mungkin calon-calon mertua perempuan juga perlu melirik ide ini. Itu kalau mereka mau "mengamankan" nasib anak perempuannya.

Problemnya, apakah pihak laki-laki mau membuat kesepakatan seperti ini? Di kepala saya, kalau klaimnya cinta sejati, setia sampai mati, masak sih tidak mau? Apalagi cinta lagi hangat-hangatnya, dunia serasa milik berdua. Kalau tidak mau, mungkin ada bakat aneh-aneh tuh ke depannya wkwkwkw....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun