Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Alam Mimpi Selebritis

21 September 2012   07:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 187 9

Benda itu kupeluk erat laksana benda keramat yang didapat dari seorang dukun sakti, dimana dengan benda tersebut akan mampu merubah hidupku yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa, dari hina menjadi mulia. Sebab benda itu mimpiku membumbung, dan sebagian mimpiku seolah sudah teraih. Benda sebagai lambang supremasi tertinggi dalam dunia persaingan (lomba). Benda tersebut biasa disebut piala. Dengan piala tersebut keakuanku menghambur. Ya, keakuan, sebab persaingan yang aku turut didalamnya bukan sebagai tim, melainkan sebagai diriku sendiri. Sebagai winer putri parahyangan tentunya aku bangga dengan capaian yang sudah kurengkuh, dimana capaian itu juga diharapkan oleh seluruh pesaingku. Kebangganku tumpah ruah seolah membanjiri setiap jalanan yang kulalui, dan keakuanku-pun menghambur memaksa teman sejawatku bertekuk lutut. Putri parahyangan, putri agung daerah yang saat itu hanya dimiliki oleh aku, oleh diriku. Aha… kupacu langkahku, kubayangkan riang wajah ibuku, kakaku, saudaraku, yang mungkin sudah berjejer didepan rumah siap menyambut kedatangan sang putri. Baru saja sebagai winer serasa sudah mengangkangi dunia, tak sedikit awak media yang setia membututi perjalananku, tak sedikit pula para raja glamor yang tertarik meminangku, katanya untuk diorbikan sebagai selebritis, Ah… pinangan yang menggiurkan bagi diriku, siapa takut… aku bergumam bangga. Dalam sekejap nama dan diriku sudah terpampang dihalaman depan media, dari Koran sampai majalah anak muda, yang lebih banyak menyajikan pernak-pernik kehidupan glamor, hatiku berbunga-bunga, kepalaku mekar mengembang.

Tak meleset sedikitpun dugaanku, ucapan selamat atas kemenangan itu menghambur dari hampir seluruh keluargaku, ibu, kakak, dan saudara. Aku tau ucapan selamat yang aku dapat juga lahir dari kebanggan keluargaku terhadap pencapaianku kala itu. Dalam hal ini aku harus membuat analogi, hal ini masih berada dalam suasana kebatinanku sebagai winer. Ada istilah bunga tak selamanya mekar, apalagi bunga cangkok wijayakusuma yang hanya mekar satu malam saja. Segala sesuatu pasti ada masanya. Masa juga dapat beragam, kadang masa itu hadir dapat lebih lama, sebentar, dan bahkan sekejap.

Dalam uforia diriku yang mengharu biru, bersamaan dengan berjuta mimpiku yang selangkah lagi menjadi selebritis negri ini, dalam sekejap dipangkas oleh orang yang sangat aku hormati dalam hidupku, salah seorang purnawirawan angkatan darat yang pernah tersemat dipundaknya sebagai perwira tinggi, dan pernah menjabat sebagai direktur utama diperusahaan BUMN, kala itu beliau masih menjabat sebagai direktur salah satu BUMN, selain pejabat beliau juga seorang pengusaha yang cukup sukses. Beliau menentang semua mimpi-mimpiku untuk menjadi selebritis (pablik figure glamor), juga menolak mentah-mentah piala kebangganku, piala yang sudah kugadang-gadang sedari audisi. Sedih, galau.

Aku merasa tidak pernah merugikan beliau, mengapa dengan seenaknya beliau hendak memangkas mimpiku menjadi selebritis. Segudang Tanya dan segunung ketidak tahuanku terhadap sikap beliau kepadaku selalu menggelayuti pikiranku. Ingin rasanya aku abai terhadap sikapnya, namun tak kuasa lidah ini tuk menghamburkan kalimat membantah. Tidak membanggakan bagiku dengan segala bentuk pencapaianmu ini, kamu boleh bangga dengan kemenanganmu sebagai puteri parahyangan dan dengan pialamu ini, tapi tidak sama sekali bagi ayahmu ini! Benda ini dimata ayah tidak lebih sesosok berhala yang dikemudian hari akan menjadikanmu sebagai tumbal, setelahnya dirimu akan dibawa melesat kedalam alam mimpi yang bersambung, bagi kurungan jasadmu alam itu akan tampak indah, menyenangkan, namun perlu kau ingat bahwa kehidupan glamor itu adalah alam mimpi, yang setelah dirimu terbangun akan merasa kehilangan terhadap segala bentuk pencapaian apapun, menyenangkan bagi jasadmu, tapi penjara bagi jiwamu, kau harus bisa membebaskan jiwamu dari belenggu kehendak jasadmu! Pesan ini khusus bagimu, anak perempuan yang sangat-sangat ayah sayangi! Satu lagi, ada dua jenis pekerjaan yang terlarang bagi anak perempuan ayah, yang pertama adalah pekerjaan glamor sebagai selebritis, dan yang kedua adalah menjadi politikus (politisi) karena keduanya bagi ayah adalah pekerjaan kotor, jangan kau bantah pesan ayah ini, sekarang kau boleh bingung, naum kelak kau akan mengetahi maksud dari pesan ini, titik.

Percaya diriku sudah tak utuh, batinku masih belum mau menerima pesan eksekutor itu, namun tak sanggup juga untuk membantah, marah, tak habis pikir, namun pesan larangan itu keluar dari mulut ayahku, orang yang sangat kuhormati, aku hanya diam, menangis. Jika aku turuti kehendak ayah, berarti aku harus merelakan prestasi kebanggaanku menguap dengan sia-sia. Jika aku lanjutkan mimpiku berarti aku harus diap dengan segala kemungkinan, yang jelas aku berhadapan dengan ayahku, orang yang setiap kehendaknya tak pernah ada yang berani membantahnya.

Akhirnya dengan segenap keterpaksaan aku runtuhkan kerajaan selebritis yang sudah terbangun dan menjadi mimpiku sejak lama. Kuputar langkah hidupku dengan berat, kuarahkan pandanganku pada pekerjaan lamaku sebagai bankers, dalam waktu yang bersamaan berserakanlah surat kesepakatan kontrak yang harus aku tanda tangani, kini jangan harap kau dapat mengkoleksi tandatanganku, itu salahmu sendiri mengapa mesti ada kolom tanda tangan persetujuan kedua orang tuaku, aku bergumam.

Selebritis, itu alam mimpi. Politikus, itu pekerjaan kotor. Pesan ayahku terus mencakar-cakar relung bathinku, dalam setiap aktifitas, saat uforia sebagai puteri parahyangan kembali menyombong, dan tawaran menjadi selebritis top teringat menggiurkan, saat itulah pesan ayahku muncul menghapus setiap warna yang tak sejalan dengan kehendak tuanya. Selebritis, politikus, itu pekerjaan kotor, Ach… aku masih tetap tak mengerti.

Aha… kini usiaku sudah dua kali lipat, tak terasa film masa lalu, pesan ayah teronggok nyata dihadapan bola mataku. Belantara selebritis terpampang glamor begitu nyata, alam mimpi, semua serba hasil renovasi, seluruhnya lahir dari cloning, tanpa renovasi dan cloning diri nasibnya hanya akan tercecer dibelakang ekor naga. Berikutnya adalah dunia polotik, dunia sampah bagi yang mendamba moral yang beradab, dunia abu-abu.

Akhir karirku, Aku berhasil menduduki jabatan tertinggi dalam perbankan, sebagai direktur utama pada salah satu bank swasta, ayahku kembali berkata, inilah yang ayah mau dari dirimu, bukan fisikmu yang kau jual, tapi isi otakmu yang kau tumpahkan, langkahmu ini menuju the real of life, kelak kau akan sampai pada real of life yang sesungguhnya, saat sudah muncul keberanian untuk hengkang didunia perbankan ini, lalu kau menjadi pengusaha yang dapat berdiri dikakimu sendiri, menjalankan bisnis dengan norma dan kesusilaan yang beradab.

Terimakasih Ayah, Terimakasih Gusti (Tuhan) karenamu aku terjaga

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun