Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Keroco Mumet di Kompasiana

5 April 2010   18:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:58 292 0
[caption id="attachment_111472" align="alignleft" width="150" caption="Ilustrasi ( Pofilnya mimin mumet )"][/caption] Yang namanya boss, kalau sedang  marah pasti semua orang sekelilingnya diam menunduk, tidak ada yang bersuara kecuali suara boss yang sedang marah. Kalau kita keroco, kita marah, orang lain marah juga, ribut bahkan bisa berkelahi. Disini kelihatan, orang yang suka ribut bisa dibuktikan, pasti tidak jadi apa dalam dunia nyata, mungkin hanyalah orang hidup dari gaji, artinya akan menunduk dengan orang memberi gaji. Karena didunia nyata tidak punya kesempatan marah, kompasiana di jadikan tempat menunjukkan kemarahannya. Mudah marah itu karena hidupnya susah, bukan semata2 karena materi, mungkin susah karena kalah bersaing atau tidak mampu mengatasi masalahnya.  Coba perhatikan saja dijalanan, orang yang memakai mobil mewah biasanya lebih tertib karena telat sampai tujuan pun tidak ada yang berani marah, lain yang naik sepeda motor, telat masuk kerja bisa dapat peringatan, makanya jalannya srudak sruduk.  Sudah biasa mobil saya disenggol motor, lecet dikit jutaan ongkosnya, tenang2 saja, karena kita sudah prepare dengan keadaan itu. Ngebutpun gak takut, karena mobilnya juga untuk kecepatan tinggi, kalau sampai matipun gak nyusahin orang lain, karena kita juga sudah prepare jaminan hidup yang ditinggalkan. Inilah yang bikin hidup tenang, banyak senyum banyak rezeki, kalau marah melulu dijauhi orang, rezekinya bisa mampet. Tulisan begini bisa nyebelin bisa yang kena senggol, apalagi jika memang dia bener2 kroco, tapi bisa juga bikin nyengir kalau kita berlogika. Suatu saat saya pernah bertanya kepada mantan preman, enak mana hidup jadi jagoan dengan hidup menjadi orang baik. Dia merasakan, hidup menjadi preman justru sengsara, selain diincar polisi juga gak ada yang mau bantu kala sedang mengalami kesulitan, hidup menjadi tidak tenang. Setelah dia insyaf, dia banyak membantu orang lain, orangpun banyak juga yang membantu dia, hati tidak pernah panas lagi, tidak pernah marah2 yang bikin mumet. Debat2 yang akhirnya saling menghujat, pantaslah disebut debatnya keroco mumet, junjungan disentil hati ini tersinggung, yang nyentil ikut marah karena merasa dihina, si boss yang disentil  tenang2 saja, bahkan senyum2 karena hidupnya tidak mumet. Yang mumet itu keroconya karena takut dipecat atau karena bossnya kalah bersaing. Barangkali untuk menhilangkan tindakan konyol itu  yang perlu dirubah itu mentalnya, jangan jadi mental keroco, jadilah mental boss agar kompasiana menjadi rumah sehat.  Mau bukti ?. Sentil saja JK atau jacob oetama pasti ada yang marah. Pak JK  atau Jacob Oetama dirumah tenang2 saja, senyum2 penuh keceriaan, dikompasiana ribut saling berdebat, akhirnya saling menghujat. Mereka pasti2 senyum, lha mereka itu tidak nimbrung dalam perdebatan kroco mumet di Kompasiana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun