Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Hakikat “Pulang”

24 Oktober 2011   06:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34 222 1

Semua manusia pada dasarnya senang kembali ke asal usulnya (primordial). Dalam keadaan senang atau susah, dalam keadaan terdesak atau lapang. Jika dalam keadaan senang atau lapang, dia ingin berbagi bahagia dengan kerabatnya. Jika dalam susah atau terdesak, dia datang untuk meminta kekuatan dan motivasi agar lebih kuat menjalani hidup. Inilah salah satu fitrah yang melekat pada diri tiap manusia, yakni pulang ke asal usulnya.

Itu sebabnya jutaan orang melakukan ritual mudik ke kampung halaman setiap lebaran. Mereka rela mengeluarkan uang yang sudah mereka kumpulkan dengan susah payah dan berdesak – desakan di kereta api atau bus. Setelah sekian lama hidup di tanah rantau mereka merasa terpanggil untuk pulang kampung tiap kali lebaran datang. Ada kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata – kata ketika berkumpul kembali dengan kerabat di kampung halaman.

Kita yang sehari – hari bekerja di kantor juga merasakan sensasi tersendiri tiap kali jam kantor akan berakhir. Tidak peduli betapa sibuknya kita di kantor atau serunya obrolan teman – teman sekantor, kita tetap rindu untuk pulang. Dalam perjalanan pulang biasanya kita sudah membayangkan istri yang menunggu di teras atau derai tawa anak – anak. Seorang teman menjelang sore biasanya mendapat sms atau telepon dari istrinya, memberitahu menu makan malam hari itu. Hal ini yang membuatnya makin semangat untuk pulang ke rumah.

Kita juga biasanya diserang home sick setelah beberapa hari meninggalkan rumah, karena harus melakukan dinas ke luar kota. Tidak peduli betapa nyamannya kamar tempat kita menginap, lezatnya menu hotel, atau ramahnya pelayan. Kita tetap merindukan pulang ke rumah,meskipun rumah kita hanya rumah yang sederhana.

Pulang atau “go home” dalam bahasa Inggrismerupakan kata kerja yang bermakna perjalanan menuju rumah. Secara spiritualnya kita bisa mengartikan perjalanan pulang ruh ke alam primordial sang pemilik asal usul, yakni Keharibaan Ilahi. Saudara – saudara kita yang beragama Nasrani menuliskan “Rest In Peace, Telah Pulang ke Rumah Bapa di Surga”, pada iklan kematian di surat kabar. Umat Islam secara reflek akan mengucapkan “Innalilhai wa innalilahi rojiun” tiap kali mendengar kabar kematian, artinya kira - kira sesungguhnya yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah.

Pulang ke rumah, pulang ke kampung halaman sesungguhnya hanya pertilasan kecil menuju pulang yang sesungguhnya, yakni ke pangkuan Ilahi. Ini hanya soal waktu dan rahasia Ilahi. “Tiap – tiap yang bernyawa akan mengalami kematian,” sepenggal ayat dari kita suci Al-quran ini sangat populer di kalangan umat Islam.

Kematian itu sederhana, sesederhana firman Allah tersebut. Kematian itu alami, sama alaminya dengan kelahiran atau penuaan. Bahkan, bagi yang mengisi hidup ini dengan kebajikan dan amal saleh atau pencari spiritual, kematian itu indah dan menyenangkan. “Kematian adalah wisuda menuju kehidupan selanjutnya,” katacendikiawan musilm almarhum Nurcholish Madjid.

Gede Prama dalam bukunya “Setenang Pepohonan, Selembut Rerumputan” melukiskan kematian dengan untaian kalimat seperti ini: “Kematian sesederhana daun kering yang jatuh ke tanah, semudah gelombang yang mencium bibir pantai. Tidak ada kesedihan dan ketakutan di sana. Hanya sebuah proses alamiah yang membebaskan sekilgus mencerahkan.

Bagi pencari spiritual tidak ada guru kehidupan yang lebih agung dari kematian. Itulah sebabnya junjungan Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita melakukan ziarah ke makam orang tua dan orang - orangsoleh. Hikmahnya agar kita ingat akan mati dan mengenang jasa – jasa orang soleh.

Maksud tulisan ini bukan mengajak pembaca mencari - cari kematian atau enggan menjalani hidup. Justru tulisan mengajak pembaca agar mencintai kehidupan dan mengisinya dengan amal soleh. “Bekerjalah kamu seolah – oleh kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu seolah – olah kamu akan mati besok,” demikian hadist Nabi Muhammad SAW. Wallahhualam bi shawab.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun