Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Voters=Penguasa PSSI, ke Mana, Ya?

18 Oktober 2022   14:08 Diperbarui: 18 Oktober 2022   14:12 374 3

Voters PSSI, di mana bersembunyi? Akibat Tragedi Kanjuruhan, TGIPF merekomendasi Ketua dan jajaran pengurus PSSI mengundurkan diri. Mengapa kalian belum tergerak pikiran dan hati, wahai penguasa sepak bola negeri ini yang tabu diintervensi?(Supartono JW.18102022)

Kendati Presiden Jokowi mendekati FIFA. Meski Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengeluarkan rekomendasi yang salah satunya meminta Ketua dan anggota eksekutif PSSI mengundurkan diri sebagai respons atas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022.

Walau pun Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) mendukung TGIPF yang memberi rekomendasi agar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan atau Iwan Bule dan pengurus lainnya mundur. Serta berbagai pihak bersuara sama, namun semua itu dipastikan tidak akan berarti bagi Ketua Umum PSSI dan jajarannya.

Kecual Iwan Bule dan jajarannya legawa, dan merasa bertangungjawab atas Tragedi Kanjuruhan, dan mundur sesuai kata hatinya. Atau, bila Iwan dan jajaranya tetap membatu, duduk di singgasana PSSI, lalu 86 voters PSSI merekomendasi mereka lengser, maka dipastikan akan ada pemilihan Ketua Umum PSSI yang baru.

Voters penguasa sepak bola nasional


Pertanyaannya, apakah para voters yang telah memilih Iwan dan disinyalir telah kebagian jatah uang upeti voters, akan menjilat ludah sendiri dan menusuk Iwan Bule dari belakang. Agak mustahil.

PSSI itu yang berkuasa voters. Voters ditentukan dan dipilh juga oleh lingkaran mereka sendiri, begitu seterusnya.Tanpa bisa diintervensi.

Bermula dari Organisasi Sepak Bola Nasional bernama PSSI dan menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki, sejak itulah sepak bola sebagai olah raga rakyat Indonesia, dikuasai dan dijajah oleh VOTERS.

Voters ditentukan dan ditetapkan dalam Kongres PSSI, mengikuti regulasi atau Statuta FIFA. Dan, begitu seterusnya tanpa dapat diintervensi oleh pemerintah Indonesia mau pun rakyat Indonesia. Meski PSSI ada di bawah naungan NKRI dan menjadi olah raga yang paling digemari dan dibiayai pula oleh rakyat sebagai pecinta dan suporter sepak bola nasional. Yang menjadikan sponsor tertarik kepada sepak bola, baik mendukung PSSI mau pun Klub.

FIFA dengan para anggotanya, termasuk PSSI, adalah Kerajaan di atas kerajaan yang tidak dapat disentuh oleh organisasi dunia apa pun, pemerintah negara mana pun. Sehingga, sepak bola nasional yang sejatinya milik rakyat, pemiliknya adalah voters.

Terakhir 2019, ada sebanyak 86 voters PSSI, yang dijadikan kendaraan kekuasaan oleh yang berkepentingan baik untuk sepak bola mau pun politik. Dijadikan kendaraan untuk memilih dalam Kongres PSSI. Mereka adalah 34 Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI, 18 klub Liga 1, 22 klub Liga 2, 10 klub Liga 3, 1 Asosiasi Futsal, dan 1 Asosiasi Sepak Bola Wanita.

Apakah ada di dalamnya voters yang mewakili suporter atau publik pecinta sepak bola nasional? Sudah berapa kali wacana suporter juga masuk menjadi voters PSSI, namun, ujungnya tetap voters itu-itu saja yang djadikan tameng.

Para voters pun sudah cukup nyaman, sebab setiap ajang Kongres, adalah mesin uang mereka. Terlebih bila Kongres  Luar Biasa (KLB). KLB menjadi lahan mengais pundi-pundi uang bagi para voters. Siapa calon Ketua Umum yang upetinya lebih besar, maka voters pun akan menjatuhkan pilihannya kepada calon yang lebih berduit. Tidak peduli apakah uang upeti dari calon ketua atau sponsornya atau partai politik yang ada di belakangnya dan sangat berkepentingan dengan sepak bola sebagai kendaraan politik.

Mengapa Iwan dan jajaranya malah terkesan adem ayem dan tidak mau bertanggungjawab apalagi mundur, karena mereka.memiliki benteng kekuasaan yang sangat kokoh, bernama voters.

Mirisnya, saat semua mata dan hati  bersedih berduka atas Tragedi Kanjuruhan, Komisi Disiplin PSSI malah aji mumpung, menjatuhkan hukuman denda 250 juta kepada Arema FC.

Terkait hal ini, publik sepak bola nasional sangat paham, bahwa selama ini, suporter dan problematikanya, adalah mesin uang  bagi PSSI. Bila suporter cerdas, tertib, tidak bikin rusuh, dan sejenjisnya, maka PSSI tidak akan mendapat pemasukan segar dari denda kepada Klub, atas kelakuan suporter yang melanggar regulasi kompetisi.

Jadi, kemungkinan Iwan Bule dan jajarannya mundur, bukan hanya tergantung pada voters. Tetapi siapa yang masih memiliki kepentingan dengan PSSI, di luar hati nurani Iwan dan jajarannya sendiri, atas Tragedi Kanjuruhan, serta tidak diurusnya suporter sepak bola nasional dengan benar hingga saat ini.

Edukasi suporter, masalah atau solusi?

Ketua Umum PSTI Ignatius Indro di Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Jakarta, Senin (17/10), selain mengatakan PSSI merupakan salah satu pihak yang harus bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang, juga mengaku sering berkomunikasi dengan Iwan Bule untuk menyampaikan kritik terkait edukasi terhadap suporter.

"Kita berapa kali komunikasi langsung dengan Ketua Umum PSSI Iwan Bule. Bahkan setiap kritik yang kita sampaikan langsung WhatsApp ke beliau, dan beliau menanggapi. Namun kita tidak melihat kinerjanya untuk suporter sampai sejauh ini. Bagaimana edukasi itu, dilakukan seperti apa, kita tidak melihat," ucap Indro.

"Bahkan masalah rivalitas sendiri ini, antar-klub menjurus ke kekerasan ini, tidak ada pelatihan-pelatihan khusus, terutama fans yang sampai akar rumput. Kalau di tingkatan pimpinan-pimpinan komunitas sih sudah beres-beres saja," ujar Indro.

Setali tiga uang dengan apa yang diungkap Indro, maka edukasi suporter sampai akar rumput, yang sewajibnya dilakukan dengan program terstruktur, komprehensip, dan berjenjang adalah solusi yang tidak pernah basi. Tapi, bila suporter diedukasi dan menjadi tertib, sepertinya akan jadi masalah bagi PSSI.

Saya yang sudah diundang oleh Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) sebagai Nara Sumber untuk mengatasi suporter rusuh dan anarkis di Stadion GBK 2018 dan sudah membuat Panduan Edukasi Suporter Sepak Bola Indonesia (PESSI) hanya bisa tersenyum.

Sebab, PPKGBK saja tergerak mengedukasi suporter, padahal bukan stakeholder yang seharusnya mengurusi.
suporter sepak bola. Tetapi, ini PSSI malah terus abai pada suporter. Hingga tragedi demi tragedi menyangkut suporter terus terjadi. Sampai kapan?

PESSI yang saya buat, biarlah menjadi monumen catatan sejarah suporter sepak bola Indonesia dengan PPKGBK.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun