Seperti beberapa penulis kompasiana sebelumnya, saya sangat merasa kurang nyaman dan kurang greng untuk sekedar melihat pertandingan timnas vs Turkmenistan. Bukan karena rasa nasionalis saya pudar. Tetapi saya sadari bahwa atmosfer timnas kali ini sangat berbeda dengan atmosfer pada pertandingan di piala AFF. Hal ini lebih disebabkan kegaduhan dan kesombongan PSSI terutama Nurdin Halid yang semakin menjadi-jadi sejak digulirkannya piala AFF. Yang semakin bertambah hari bukannya semakin menyadari sikapnya, tetapi justru semakin menjadi-jadi muka temboknya, dan menutup rapat2 kupingnya untuk mendengarkan suara rakyat yang peduli terhadap sepakbola nasional.
Dalam hati kecil saya,ketika sempat melongok sebentar pertandingan melawan Turkmenistan, saya berharap timnas kalah ( jahat ga sih..? ). Yang jelas ditengah suasana rakyat yang saat ini sedang getol2nya menghujat Nurdin,dkk, saya tidak rela seandainya timnas menang,tentu akan berujung semakin besar kepalanya si nurdin dan akan mengklaim "inilah bukti kepemimpinan saya,dan andilnya GOLKAR". Tuhan akhirnya mendengar doa orang yg jauh2 datang dari luar jakarta utk menduduki kantor PSSI dgn satu goal "turunkan nurdin", timnas kalah dan tidak ada peluang lagi buat nurdin cs untuk membanggakan kepemimpinannya.
Akhirnya...biarkan timnas kali ini kalah, biarkan juga pemerintah intervensi PSSI, dan biarkan juga seandainya FIFA memberi sangsi untuk PSSI, karena "pembiaran" ini akan menjadi amunisi kita untuk menciptakan PSSI yg lebih profesional, tidak korup, dan kembali menjadi macan asia atau bahkan dunia...Insyaallah,amien.