Hampir semua orang (mungkin bisa dikatakan 19 dari 20 orang) menyambut gembira hadirnya berbagai forum penulisan di media maya. Berbagai milis, forum, ajang diskusi dan (tentu saja) blog pun diserbu orang. Aneka macam tulisan, dari yang sekadar remeh-temeh urusan 'gak penting' seperti kaki kesemutan sampai yang urusan nasional layaknya pidato presiden bermunculan. Penulisnya bisa siapa saja karena kebanyakan tidak dibatasi. Ada yang mengaku pelajar biasa, guru, petugas warnet..., tapi ada juga yang pengamat politik ternama dan memang terbiasa menulis. Muncul kemudian istilah
Citizen Journalism. Intinya, berita (atau pesan secara umum) tidak lagi semata datang dari mereka yang berprofesi di dunia jurnalisme, seperti wartawan a.k.a jurnalis alias reporter. Siapa saja (berarti seluruh rakyat/warga negara) tak pandang tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, tinggi-pendek, pria-wanita bisa dan punya hak untuk membuat pelaporan/jurnalisme sendiri. Unsur "pelaporan" jelas perlu dikedepankan di sini. Sebelumnya perlu juga ditambahkan "pengumpulan". Masalahnya, begitulah adanya prinsip jurnalisme; ada unsur pengumpulan (data/fakta), disusul kemudian dengan pelaporan (kepada khalayak). Kompasiana Bicara
citizen journalism, kini hampir setiap orang menunjuk
kompasiana.com. Seorang penghuni dunia maya yang tak jelas identitasnya, dengan gaya sok tau berucap di sebuah forum, "baca tuh 'kompasiana.com. Itu yang namanya citizen journalism." Berbekal suara-suara dari kiri-kanan dan depan-belakang yang nadanya seperti itu pula saya ikutan mengklik 'blog raksasa' ini. Katanya, selain merupakan contoh
citizen journalism yang sesungguhnya,
kompasiana.com merupakan tempat sejumlah tokoh menuangkan pemikiran mereka. Jadi, begitu kata seorang kawan di milis periklanan,
kompasiana.com jelas lebih punya bobot, greget dan gengsi. Di sinilah, katanya, para tokoh menulis (sambil menyebutkan nama beberapa tokoh, termasuk ketua partai yang dulunya petinggi militer dan sederet nama tokoh ekonomi serta politik). Semangat saya cukup menggebu saat pertama menggauli
kompasiana.com.Gara-gara semangat itu pula, pada 3 hari pertama saya sudah memproduksi 4 buah tulisan. Pada 3 hari tersebut pula saya berkesempatan menikmati sejumlah tulisan. Akan tetapi, 3 hari ternyata menjadi durasi maksimal yang saya butuhkan untuk mencapai titik nadir hubungan saya dengan
kompasiana.com. Hari-hari berikutnya, saban melihat munculnya tulisan baru di blog ini, saya justru mengelus dada sambil bertanya-tanya dalam hati: "mana jurnalisme-nya??" Dari waktu ke waktu, tulisan yang muncul adalah opini; bukan dari pengamat atau tokoh terpandang, namun dari seseorang yang identitas aslinya pun tak berani diungkapkan. Lebih menyedihkan, yang tak kalah deras membanjir adalah curhat, pelampiasan uneg-uneg, tulisan emosional. Adakah nilai jurnalistik dalam tulisan-tulisan tersebut? Apakah tulisan berpandangan sempit soal film "2012" dapat disebut jurnalisme? Apakah caci-maki seorang anak sekolah pada Luna Maya dapat dikategorikan karya jurnalistik? Atau, di mana pula sentuhan jurnalisme pada tulisan seseorang yang mengaku bernama
cahyafajar yang ikut-ikutan minta Sri Mulyani nonaktif dari jabatannya? Saya khawatir, yang tidak hadir dalam tulisan-tulisan tersebut bukan hanya unsur 'pengumpulan' dan 'pelaporan' tapi banyak hal lain. Misalnya saja kemampuan/penguasaan bahasa. Kenyataannya, banyak yang masih menulis "disamping", padahal seharusnya "di samping". Tidak sedikit pula yang menulis "di masukan" dan bukan "dimasukkan". Tidak sedikit pula "penulis" yang tak paham kapan saatnya mesti berganti alinea. Namun, yang paling membuat orang mengelus dada tentu saja persoalan wawasan alias isi kepala. Menulis (mungkin) memang mudah. Tapi, menulis sesuatu yang kaya, jelas bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele. Jika menyepelekannya, akibatnya adalah seperti yang terjadi pada
kompasiana.com. Curhat membanjir, opini merajalela; sementara penulisnya pun tak jelas kalibernya. Lantas, apa bedanya
kompasiana.com dengan blog-blog pribadi serta forum yang kini banyak bertebaran?
Citizen journalism merupakan sebuah terminologi hebat. Dia mendeskripsikan secara utuh sikap proaktif masyarakat dalam turut menyebarluaskan informasi. Tapi kalau yang disebarluaskan adalah curahan hati semata ditambah opini sempit, kayanya istilah
citizen journalism kudu ditinjau lagi deh.
KEMBALI KE ARTIKEL