Selama ini, pengiriman inbox jorok dan teror di Kompasiana masih terus terjadi karena dari beberapa kasus sebelumnya, para pengirim inbox tersebut tidak diberikan sanksi oleh admin dan bahkan yang sudah pernah dibuka kedoknya dengan melacak IP address mereka, ternyata sampai saat ini masih berani muncul sok innocent berhaha hihihi seolah-olah orang yang baik, padahal sudah pernah terbuktikan bagaimana dia dengan akun-akun kloningannya menggunakan kata-kata kotor dan jorok dalam berkomentar.
Banyak yang pesimis dengan upaya Bunda dan Pak Sutomo, bahwa hanya buang2 waktu dan tenaga. dan belum tentu akan ada hasilnya, sementara upaya itu sudah jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Wajar saja selalu ada yang pesismis, apalagi dari kelompok yang memang sejak awal sudah sering berada dalam posisi berseberangan dan "bertengkar" dengan pihak yang menjadi korban inbox jorok.
Anehnya, ada yang mengatakan ngapain repot-repot ngurusin inbox jorok tersbut, padahal selama ini dia yang suka repot-repot usil jadi detektif sok pakai analisa hebat untuk mencari tahu siapa dibalik akun-akun anonim, padahal analisanya abal2 terbukti selalu salah dengan analisanya. Gak tahu apa tujuannya, kok mau repot-repot dan usil nyelidiki akun orang lain, malah sering dibuat tulisan berseri, padahal hampir semua dugaan dan hasil investigasinya meleset, karena pakai analisa abal-abal. Kebayang di dunia nyata orang sok jago seperti itu pasti juga sering usil ke pribadi orang lain, apalagi ke pribadi yang lebih hebat dari dirinya.
Ada juga yang menghubungkan dengan harga diri, seolah-olah orang yang mempermasalahkan inbox jorok yang diterima itu terlalu gila hormat dan terlalu mengangungka n harga diri di dunai maya. Lah dia sendiri waktu pernah ngajakin orang berteman di kompasiana dan ajakan pertemanannya tidak atau belum diapprocve, mewek2 merasa tidak dianggap karena hanya tamatan SMA dan "menuduh" yang diajak berteman itu seorang sarjana yang memilih2 teman berdasarkan pendidikan, yang hanya mau berteman dengan sarjana, sampai-sampai menggenaralisir semua sarjana Indonesia Omong Doang. Ck..ck.ck...hanya gara2 ajakan pertemanannya tidak atau belum diapprove oleh seseorang yang kebetulan bergelar sarjana, sampai-sampai curhatnya mewek2 dan beropini semua sarjana omong doang.
Walau pun bagi beberapa pihak meremehkan usaha Bunda dan Pak Sutomo, seolah-olah itu hal yang sulit tapi sebenarnya usaha mengetahui akun pengirim inbox jorok itu sangat mudah diketahui dengan kemampuan forensik IT, bahkan admin pun sebenarnya bisa melacak dari history dan IP address akun pengirim inbox itu ketika akun tersebut pertama kali melakukan registrasi menjadi member kompasiana. Dan bisa dilacak akun-akun lain yang log in menggunakan IP address tersebut.
Ada yang beropini bahwa berurusan dengan polisi akan membutuhkan waktu yang lama dan dana yang besar. Hal itu memang benar bila Bunda ingin menuntut ke jalur hakum, tapi bila hanya ingin mengungkap siapa di balik akun tersebut, sebenarnya tidak lah membutuhkan waktu dan dana yang besar. Nah setelah ketahuan siapa tokoh di balik akun tersebut, bisa saja Bunda tidak menuntut ke jalur hukum, cukup mengumumkan secara terbuka siapa tokoh di balik akun tersebut,itu sudah merupakan sanksi yang lumayan membebani si akun tersebut, apalagi kalau ternyata tokoh di balik akun tersebut adalah orang yang selama ini memiliki akun lain dan bila menggunakan akun lain tersebut dia mencitrakan sebagai pribadi yang bijak innocent, dan ramah, agamis, dan pemaaf.
Bila admin bisa ikut membantu usaha Bunda dan Pak Sutomo membongkar siapa dibalik akun penebar inbox jorok tersebut, mudah-mudahan ke depan kasus seperti ini tidak akan terjadi lagi karena calon pelaku akan mikir2 lagi takut kalau identitasnya juga diumumkan secara terbuka.
Semoga usaha Bunda dan Pak Sutomo bisa secepatnya membuahkan hasil.