Menarik sekali ketika Faisal Basri membanggakan pembayaran pajaknya yang menurutnya lebih besar dari pada presiden saat mendaftar ke KPU dalam pemilihan calon gubernur DKI Jakarta. Ketika masih banyak orang yang “bangga” apabila bisa menggelabui besaran pembayaran pajaknya jauh dibawah yang seharusnya, maka fenomena “kesombongan” Faisal Basri justru harus dilihat sebagai sinyalemen positif dalam rangkaian proses pemilihan pemimpin wilayah pada jenjang yang manapun. Saya hanya ingin menyoroti pernyataan tersebut yang kebetulan diungkapkan seorang calon gubernur. Pasalnya seorang pemimpin harus menjadi teladan masyarakat yang dipimpinnya, apalagi dana operasional pemerintahannya nanti pun berasal dari pajak yang dibayar rakyat. Oleh karenanya sejak awal dalam proses perekrutan calon gubernur atau pemimpin lainnya, maka faktor kepatuhan perpajakan yang bersangkutan harus diteliti dan menjadi faktor krusial dalam menilai layak atau tidaknya maju ke proses selanjutnya.