*
 _Dan mengenang 1 abad kelahiran Mas Isman sebagai pendiri Kosgoro (1924-2024)._
- Mas Isman meninggal pada 12 Desember 1982, dan menolak dimakamkan di TMP Kalibata
Oleh : Tomy Sitorus, Ketua Harian DPP HIMA Kosgoro 1957 Periode 2021 - 2024
" _Sebuah_ _Catatan : Ketika Mayjend TNI Mas Isman Gembleng dan Ajari Presiden Gusdur".
Sebagai Spoiler, Mas Isman adalah pintu dan orang pertama yang mengajarkan serta memasukkan Gus Dur kedalam dunia politik, banyak yang tidak mengetahui hal tersebut dan mengira Gus Dur digembleng hanya dari kalangan Intelektual, ternyata orang Militer-pun ikut mendidiknya, khususnya Mas Isman sebagai pendiri Kosgoro. Oleh karena refrensi tentang Mas Isman bisa dikatakan sangat sedikit, kita sedikit lambat mengetahui warisan kebijaksanaan Mas Isman. Fakta berbicara demikian, bahwa mas Isman adalah pintu pertama Gus Dur masuk kedalam dunia Politik. Gemblengan kepada Gus Dur terjadi ketika Mas Isman yang juga merupakan pendiri Kosgoro  menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia untuk Republik Persatuan Arab (RPA) periode 1964 - 1967 dengan pangkat militer Brigjend TNI aktif.
Republik Persatuan Arab (RPA) adalah negara yang terbentuk dari gabungan Mesir dan Suriah pada tahun 1958. Negara ini dibentuk sebagai langkah pertama menuju negara pan-Arab yang lebih besar. RPA dibentuk setelah Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser, menandatangani Perjanjian Kesatuan dengan Presiden Suriah, Syukri al-Quwatli.
Namun, pada tahun 1961, Suriah keluar dari RPA akibat perebutan kekuasaan oleh pihak militer. Mesir tetap menggunakan nama Republik Arab Bersatu hingga tahun 1971.
Mas Isman dimintai peran dan kesediaannya untuk menjadi Duta Besar Indonesia Luar Biasa dan Bekuasa Penuh (LBBP) di RPA oleh Presiden Soekarno, kantor kedutaan berkedudukan di Kairo, perannya sama seperti jabatan sebelumnya, mengurus sektor diplomasi Indonesia di luar negeri, sama halnya ketika Isman diminta juga untuk menjabat sebagai Duta Besar LBBP baik di Burma maupun Thailand pada periode sebelumnya 1959 - 1964.
Mas Isman sering mengundang mahasiswa Indonesia yang tengah mengenyam pendidikan di negara tempat ia bertugas sebagai Duta Besar untuk berdiskusi, langkah itu dilakukan Mas Isman semata-mata memastikan apakah mahasiswa yang mengemban pelajaran di negara tersebut memiliki bekal pemahaman yang cukup untuk dibawa pulang ke Indonesia dan memastikan bahwa para mahasiswa-mahasiswa tersebut mau pulang ke Indonesia dan mau mengabdi untuk Indonesia yang memang sedang dalam tahap pembangunan. Kita bisa bayangkan, bagaimana seorang Mas Isman sebagai pendiri Kosgoro ikut membentuk Gus Dur sehingga menjadi Presiden di masa depan dan, bahkan Gus Dur mengakui bahwa masa-masa belajar di Mesir adalah masa yang paling menentukan langkah-langkah strategis yang diambil dalam kehidupannya kedepan.
Abdurahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir rentang waktu 1964 -- 1966, pada periode tersebut pula Mas Isman menjadi Duta Besar untuk RPA, yang kini disebut Mesir.
Sentuhan dingin tangan Mas Isman ikut membentuk kepribadian dan mental seorang Adurahman Wahid. Memang, semasa Mas Isman menjabat sebagai Duta Besar, ia melihat potensi yang dimiliki oleh Gus Dur, sehingga pada waktu itu Mas Isman memberikan kepercayaan kepada Gus Dur untuk bekerja membantu Kedutaan Besar Indonesia di Mesir dalam keperluan di Bidang Protokol dan Konsuler KBRI Kairo. Sebuah prestasi tentunya bagi seorang mahasiswa diamanahi pekerjaan dan tanggung jawab yang sangat strategis.
Gus Dur dalam obrolannya bersama A.M Fachir, Diplomat Indonesia yang sempat menjadi Duta Besar RI untuk Mesir era pemerintahan Presiden SBY, yang mengenang obrolan-obrolan dengan Gus Dur ketika berdiskusi persoalan Mesir. Gus Dur mengatakan kepada A.M Fachir;
Â
 _" _Saya menyimpan banyak kenangan pada masa saya tinggal di Mesir, saat belajar di al-Azhar. Kenangan yang saya banggakan dan tak akan saya lupakan sebagaimana saya tak melupakan jasa Mesir Masa-masa itu adalah saat yang paling penting dalam hidup saya, sebab saat itu merupakan masa pembentukan kepribadian. Saya lahir tahun 1940 dan saat di Mesir itu saya merasakan suasana in the prime of life. Masa pembentukan kepribadian saya adalah di Mesir, maka saya merasa bahagia setiap kali berkunjung ke Mesir, selain itu, saya mendapatkan banyak pengalaman dan khususnya ilmu dari Jenderal Isman sebagai Duta Besar waktu itu, seorang tokoh revolusi fisik Indonesia dari unsur Tentara Republik Indonesia Pelajar, bisa dikatakan dalam sejarah revolusi dunia, tidak pernah ada pelajar resmi yang diakui oleh pemerintahan militer dalam pertempuran, di Indonesia TRIP di akui oleh TNI secara resmi, bisa jadi itu satu-satunya di Dunia" Terang Gus Dur._
Begitu Gus Dur mengenang masa-masa ia sempat tinggal, belajar dan bekerja di Mesir. Mas Isman mengambil peran dalam penggemblengan Gus Dur era itu. Mas Isman tentu mengetahui bahwa Gus Dur memiliki potensi yang besar, diluar dari Gus Dur yang merupakan cucu dari pendiri Nadhlatul Ulama K.H Hasyim Asy'ari dan putra dari Menteri Agama Wahid Hasyim era orde lama. Sama dengan mahasiswa lainnya, Mas Isman mendidik Gus Dur tak ubah seperti anak sendiri dengan satu motif, yaitu untuk memastikan mahasiswa Indonesia dapat menjalani tugas pendidikannya dengan aman, lancar sehingga dapat pulang ke Indonesia dan memberikan kontribusi terbaik dalam pembangunan Indonesia.
Â
Mas Isman adalah Duta Besar Indonesia LBBP untuk RPA/Mesir yang terakhir dalam penunjukann era pemerintah Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia, secara teritori, Mas Isman tidak hanya bertugas di Mesir, akan tetapi RPA pada waktu itu wilayahnya mencakup Lebanon dan Sudan.
Dalam sejarah hubungan Indonesia dan Mesir, Mas Isman mengetahui dalam sejarahnya bahwa Hubungan resmi Indonesia-Mesir terjadi pada tanggal 14 September 1923 ketika Pemerintah Mesir memberikan surat izin resmi No. 323 kepada mahasiswa Indonesia untuk mendirikan sebuah perhimpunan yang bergerak di bidang sosial dan politik. Selanjutnya, dalam pergerakan kemerdekaan, para mahasiswa diperbolehkan menerbitkan majalah politis, seperti Seruan Al-Azhar, Pilihan Timur, Merdeka, dan Usaha Pemuda. Kemudian, didirikan Persatuan Pemuda Indonesia-Malaya (Perpindom) di bawah pimpinan Ismail Banda yang bergerak khusus di bidang politik. Aksi yang dilakukan adalah menolak kerja sama dengan penjajah dan mempunyai kesadaran rumpun bangsa Indonesia-Malaya.
Kebangkitan nasionalisme Indonesia di kalangan pelajar dan mahasiwa Indonesia di Mesir disebabkan oleh kuatnya pengaruh nasionalisme Arab dan pengaruh gerakan reformasi Islam yang telah diperkenalkan, antara lain, oleh Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, dan Mohammad Abduh. Nasionalisme Indonesia dan nasionalisme Arab dalam permulaan abad ke-20 itu merupakan dua mata cincin dari rantai panjangnya kebangkitan Nasionalisme di selurh benua Asia dan Afrika. Sebelum kemerdekaan, berita tentang Indonesia diterima di negaranegara Arab dan telah disebarluaskan melalui berbagai media, baik lisan maupun tulis. Hal itu mendapat perhatian khalayak umum di Mesir, baik kalangan partai, perkumpulan agama, maupun rakyat biasa. Dalam tahap perlawanan tersebut, para mahasiswa menghadapi masa-masa sulit karena perang dan putusnya hubungan antara mahasiswa dan keluarga di Indonesia. Sementara itu, Kedutaan Belanda di Mesir tidak mau memberi bantuan keuangan kepada para mahasiswa. Setelah protes mahasiswa yang mendapat dukungan polisi Mesir, akhirnya Kedutaan Besar Belanda mengabulkan permintaan mahasiswa dengan memberikan bantuan keuangan yang sangat kecil. Akan tetapi, mahasiswa tidak mau menerima bantuan itu sebagai "pemberian", tetapi hanya sebagai "utang". Sikap ini menjadi cemoohan Duta Besar Belanda di Mesir yang menyatakan, dalam laporannya kepada Menteri Luar Negeri Belanda, bahwa kebanggaan nasional mahasiswa Indonesia yang disebarluaskan dalam laporan pers itu tidak mampu bertahan terhadap kebutuhan dunia.
Sejarah panjang hubungan Indonesia dan Mesir khususnya dalam bidang pendidikan itulah yang menjadi refrensi mendasar kerja-kerja Mas Isman sebagai Duta Besar Indonesia untuk RPA), sehingga penting bagi Mas Isman untuk meningkatkan kesadaran para Mahasiswa, paling tidak Mas Isman berharap agar para Mahasiswa itu minimal menjaga sikap dan etika agar tidak membuat malu nama Indonesia di Mesir.
Semasa menjabat sebagai Duta Besar, kerap kali Mas Isman melakukan diskusi rutin dengan para Mahasiswa, membahas situasi dalam Negeri hingga memuncak terjadinya pemberontakan Gerakan 30 September PKI (G30SPKI), situasi dalam negeri Indonesia mengalami dinamika dan badai Politik. Mas Isman sebagai Duta Besar Indonesia di RPA mendapatkan tugas oleh Mayjend Soeharto yang menangani situasi di Jakarta meminta kepada Mas Isman untuk melakukan pendataan ulang Mahasiswa Indonesia di Mesir dan menjelaskan secara detail tentang aspirasi sosial dan politiknya dalam upaya pemberantasan komunis yang sedang dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini secara resmi diberikan tanggung jawabnya oleh Mas Isman kepada Gus Dur, yang ditugaskan menulis laporan. peristiwa itulah kejadian Politik yang melibatkan seorang Abdurahman Wahid untuk pertama kali, Mas Isman adalah pintu masuk Gus Dur kedalam dunia Politik hinga menjadi Presiden Indonesia pada saatnya.
Refrensi :
1. Barton, Greg (2002). Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President. Singapore: UNSW Press.
2. Detik.Com, Gus Dur Banyak Meninggalkan Kenangan di Mesir, diakses pada Januari 2010