Sejak partai Demokrat memiliki garis haluan yang pro pada pemerintah pusat, pemberitaan tentang Demokrat jadi mulai menarik lagi untuk disimak.Ditambah Demokrat kini sangat keras mengkritik Anies Baswedan, apakah karena AHY kalah dalam pilkada DKI Jakarta makanya Demokrat menyimpan dendam kesumat?
Hmm..Saya rasa itu alasan yang terlalu dangkal.Pasti ada tujuan yang lebih progresif, tidak ada untungnya Demokrat berkutat pada kesalahan masa lalu.Setidaknya ada tiga tokoh yang akan saya bahas dalam tulisan ini.Pertama Ferdinand Hutahaean, Kedua Denny Siregar, ketiga Fahri Hamzah.
Semua berpusat pada isu yang dibuat oleh Anies Baswedan.Seperti kita tahu, Anies membuat pernyataan, yang dalam bahasa Menkopolhukam, Prof Mahfud MD adalah kesalahan "tata kata".Karena bermain kata, Anies membuat Indonesia rugi triliunan rupiah.
Anies memang mendapat banyak sindirian dari menteri-menteri Jokowi.Seperti dari Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menurutnya sebelum mengambil keputusan harusnya ada kordinasi lebih dulu.Harus ada dasar hukumnya.Bahkan Airlangga tak setuju dengan PSBB total.
Presiden Jokowi bahkan sampai turun tangan.Jokowi berkata, agar sebuah kepala daerah tidak buru-buru menutup wilayahnya.Semua harus dikerjakan berdasarkan data.Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian juga angkat bicara.Menurutnya PSBB total hanya akan menekan sektor Industri yang mulai menggeliat.
Demikian saya cuplik, beberapa kritik para menteri pada Anies Baswedan.Mari beralih ke topik awal.Saya melihat ada kemesraan antara Ferdinand yang mewakili Demokrat dan Denny Siregar sebagai pegiat media sosial.
Beberapa komentar Ferdinand untuk Anies antara lain, "Jangan sampai Indonesia kalah dengan satu provinsi yang tak bisa diatur."
"Ternyata yang perlu direm darurat adalah Anies, biar nggak asal ngomong lagi.Hilang 300T.Biar gak debat lagi, senangnya debat bukan kerja."
Sedangkan Kritik Denny Siregar antara lain,"Akhirnya Jokowi juga yang harus membereskan masalah yang dibikin Anies Baswedan.Andai presiden bisa memecat Gubernur, Anies bisa dipecat untuk kedua kalinya." (Merujuk saat Anies dipecat jadi menteri)
"Sampe sekarang gua gak paham dengan yang dimaksud dengan Anies Baswedan dengan Rem Darurat itu, lah Jakarta Aktivitas seperti biasa, yang darurat itu apanya yaa."
Lalu Denny me-mention Akun twitter Ferdinand dan bertanya,"Mungkin bang Ferdinand, bisa menjelaskan maksud kata-kata ini, dengan berbekal kamus, mengenal bahasa Anies Baswedan jilid 2."(Merujuk pada pernyataan Anies tentang korban Covid19 yang berbunyi: Tingkat kematian turun, tapi jumlah orang yang meninggal meningkat)
Maka dalam hal mengkritik Anies, Ferdinand dan Denny Siregar tampak satu posisi.Sekarang kita lihat posisi Fahri Hamzah.Karena tweetnya panjang, saya akan rangkumkan saja.Fahri berkata melalui beberapa Tweetnya agar Anies menemui Jokowi, lalu menyampaikan data yang dia punya.Apalagi Anies pernah dekat dengan Jokowi.Jangan sampai karena kesalahan data pemimpin, rakyat yang jadi korbannya.
Secara keseluruhan saya masih melihat keseimbangan dalam komentar Fahri Hamzah.Masukan yang diberikannya masih komprehensif dan layak didengarkan.Bahkan ada semangat untuk menyatukan dua pihak yang berselisih.
Lalu bagaimana dengan Fadli Zon? Seperti biasa, posisinya selalu beroposisi dengan pemerintah.Tweet dan ucapannya masih mengkritik pemerintah tanpa memberikan solusi.Padahal Fadli adalah cerdas, lihat saja pendidikan dan koleksi buku di perpustakaan pribadinya.Tentu diharapkan Fadli bisa lebih memberikan ide-ide segar pada pemerintahan.