Pilpres 2014 telah membuktikan bagaimana kuatnya peran media sosial, khususnya cyber. Lewat dunia maya mayoritas hujatan dan fitnah mengincar Jokowi. Lewat dunia ini pula, para pendukungnya menangkis serangan itu. Apakah Anda dapat menjamin jika pendukung kalian tidak berpaling muka? Atau, dapatkah Anda memberi jaminan tidak akan berpaling dari mereka?
Atas kejadian yang tak patut terjadi di rumah Anda bertepatan dengan acara pemberian sedekah massal, saya bertanya ketika itu Anda merasa sebagai muslim atau rakyat Indonesia? Seorang muslim sah dan mudah berkiblat pada Qur'an dan Hadits untuk menjustifikasi pemberian sedekah untuk menyantuni kaum duaffa. Tinggal apakah prosesnya mencerminkan jiwa kedermawanan atau kesombongan? Anda katakan kejadian kemarin di luar kendali karena tak seperti biasanya, seharusnya diantisipasi sejak awal. Kekisruhan saat pembagian sedekah sudah seringkali terjadi, kenapa Anda tidak belajar?
Antri atau tidak, pemberian sedekah massal seperti itu hanya mencerminkan jiwa kesombongan dan tidak mendidik. Anda mengajak mereka berdesak-desakan dengan tangan tengadah. Ini sifat borjuis yang suka menyaksikan orang-orang miskin berebut sebagian hartanya. Si kaya seolah-olah menjadi raja.
Sedekah sebagai muslim juga harus dipahami, tak semata-mata bermodalkan itikad baik atau merasa beriman benar. Semua orang kaya bisa memberi sedekah (materiil), apakah semua orang kaya pasti beriman benar? (mencontoh uraian Sdr. Adhyatmoko soal sesat pikir hasty generalization, "JK, Sedekah Massal Bukan Revolusi Mental").