perjalanan bergejolak seirama jiwa.
kaca di pinggir wajah berembun
berlinang rindu-rinduku yang belum semua cair padamu.
masakanmu masih belum terhapuskan lezatnya.
dan ruang ini terus melaju serta mengijinkan angin menyambar khayalku.
sejuk, dingin, aku trenyuh.
hanya kau yang sejuk nan hangatnya menyamankan: Ibu.
belum tiba Jogja, aku sudah mengidamkan kembali pada kota kecil kita;
yang berdebu, bergelora, dan menyalakan haru.
(clp-yk, 6/5/2013)