Kala itu senja menemani perjalanan ransel ini menuju kota kelahiran. Sekeliling terlihat sibuk menata diri dengan berbagai barang bawaan mereka. Beberapa detik kemudian kedua bola mata ini bergerak mengikuti rel yang berjalan menjauh. Lalu hati ini mengalihkan perhatian dan perlahan mulai merenungi sesuatu. Ketenangan yang hakiki memang benar hanya ada ketika mulut dan hati kita selalu mengingat Sang Pencipta. Ketenangan itu hadir secara perlahan, dan memenuhi ruang-ruang kosong dalam diri. Tak ada lagi ruang untuk harta, kemewahan, kedudukan, kecantikan, atau hal duniawi lainnya. Mereka semua tiba-tiba pergi entah kemana. Tak ada sedikitpun rasa kehilangan atau penyesalan atas kepergian mereka. Pandangan akan segala sesuatu berubah menjadi sangat sederhana. Standarnya menjadi sangat mudah dan indah. Cukup itu sesuai dengan ridho Allah, pasti hati menerima. Alasan-alasan sampingan lainnya tak pernah bisa mengganggu segala keputusan yang hadir secara alami itu. Hati tak pernah lagi memberontak dan berapi-api jika keputusan itu dinilai rendah oleh mata manusia lain. Aku adalah milikNya. Keyakinan bahwa jiwa ini akan segera kembali kepada pemiliknya membawa langkah kakiku tak lagi berat. Bahkan sandal jepit tahunan ini pun masih terlihat kokoh menemani perjalanan kakiku. Senyuman yang hadir dari hati selalu menghiasi wajah. Ketika ada hal buruk yang menimpa, hati selalu menerima dengan penuh keikhlasan. Ini semua pasti sudah menjadi skenario terbaik dari Allah untuk hambanya.
KEMBALI KE ARTIKEL