Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Asyiknya Hidup di Jakarta

13 Juni 2013   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:04 1725 9
Asyiknya Hidup di Jakarta [caption id="attachment_259885" align="aligncenter" width="640" caption="doc.pri/salah satu apartement di Kemayoran/tidak kalah dari New York."][/caption] Asyiknya Hidup di Jakarta Jakarta banjir...dan macet... Lagu lama yang diputar ulang dari tahun ke tahun. Jawaban yang kita dengarkan juga sama sama lagu lama,yaitu :" Sudah tahu Jakarta banjir dan macet,sapa suruh datang ke Jakarta?! Keduanya bak pantun ,yang sudah mendarah daging bagi warga ibu kota. Tiap hari terdengar berbagai protes,dari yang santun ,hingga yang tidak layak di dengar...Jarang sekali kita mendengarkan kata kata pujian untuk Jakarta... Andaikan Jakarta bisa bersedih,pasti ia akan sangat bersedih. Kenapa?Karena ada jutaan orang hidup dan menggunakan segala fasilitas ,serta menikmati berbagai kenikmatan hidup,tetapi yang diterimanya hanya caci maki:" Jakarta macet..banjir...lebih parah lagi Jakarta brengseek...! Padahal... yang merancang banjir untuk Jakarta,adalah warganya sendiri,dengan membuang sampah secara sembarangan. Bahkan mungkin saja kita ikut berperan didalamnya. Tapi kita gensi,mana mau kita ngaku ikut bersalah dan bertanggung jawab.. Jakarta macet.. ? Kenapa? Karena ulah kita juga,mengendarai mobil semau gue ,klakson sana sini,terobos dan zigzag... Beruntunglah kita,Jakarta adalah bagian dari ibu pertiwi,ia hanya memberi,tidak pernah meminta balasan... Kita boleh bersikap masa bodoh. Toh urusan banjir,macet,copet,itu urusan Jokowi dan Ahok,bukan urusan gue. Malah kita yang ikut berbuat,dengan bangga berani protes dan marah marah pada Gubernur. Kalau kita masih punya nurani,mustinya kita  menangis...mendengarkan dan menyaksikan adegan demi adegan ini setiap hari.Bukan di layar kaca,bukan juga di You tobe ,tapi dalam kehidupan nyata di kota Jakarta!Betapa teganya kita yaa... Mengotori rumah sendiri,kemudian marah marah dan berteriak seolah olah kita tidak bersalah apapun. Namun apapun kata orang dan segala sumpah serapah,Jakarta tetap laris manis. Magnit Jakarta,meluluh lantakan semua keluhan. Bagaikan laron yang mengejar cahaya lampu dimalam hari, walaupun resiko bisa mati,tetap saja orang ber duyun duyun datang.. Ribuan warga desa,entah dari mana datang ke Jakarta. Dengan berbagai alasan:

  1. mencari pekerjaan,
  2. mengadu nasib
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun