Laga pertama EPL 2011/2012 telah dilalui dengan sukses, ketika tim-tim unggulan lainnya kesulitan untuk meraih angka penuh. Bermain di kandang lawan dengan komposisi pemain muda dan dibayangi cidera sejumlah pemain senior bukanlah perkara mudah. Dalam sepakbola, siapapun lawan sebenarnya sama. Meskipun belum maksimal, duet aneh gelandang sentral Anderson-Cleverley telah mengawali sketsa gambaran masa depan Manchester United. Hebatnya seorang Alex Ferguson ialah keputusannya untuk menghentikan pengejaran terhadap Weslej Snejder dan memilih untuk mengoptimalkan potensi yang ada. Kita tidak boleh lupa pula bahwa Darren Fletcher, Darron Gibson, dan Michael Carrick juga masih mewarnai lini tengah MU, selain tentunya the legend Ryan Giggs. Hadirnya Ashley Young juga menguntungkan sekali karena pemain ini memiliki kemampuan untuk merusak pertahanan lawan. Pada lini belakang, entah karena kebetulan atautidak, tiba-tiba duet inti Nemanja Vidic-Rio Ferdinand mengalami cidera sehingga Fergie menyelesaikan sisa pertandingan melawan West Bromwich Albion tersebut bersama duet baru, Jonny Evans-Phil Jones. Dengan turunnya dua pemain muda ini, lengkap sudah komposisi segar Setan Merah, sesegar hidangan berbuka puasa malam itu yang tersaji dihadapan para pemirsa televisi di Indonesia. Sedangkan lini depan Wayne Rooney terlihat semakin matang; sebuah sikap yang wajib ia tunjukkan karena sekarang ia menjadi senior bagi Javier Hernandez dan Dany Welbeck. Secara tim, Manchester United telah siap untuk menyongsong gelar juara Inggris yang ke-20 dalam sejarah perjalanan klub tersebut.
Sehebat apapun usaha Liverpool, Chelsea, Arsenal, dan Manchester City di dalam meramu komposisi pemain mereka, nampaknya akan tetap kesulitan untuk mengimbangi konsistensi Manchester United. Bukan berarti MU tidak dapat dikalahkan, tetapi para pesaing membutuhkan kerja ekstra keras untuk membendung antusiasme para pemuda bergairah tersebut. Ada kesan bahwa tim-tim pesaing tersebut kemrungsung menyaksikan kesuksesan Setan Merah. Alhasil, keputusan yang dikeluarkan oleh manajemen klub sering emosional, misalnya dengan merekrut pemain bintang dengan harga yang tinggi. Dalam prakteknya, harga tinggi tersebut tidak setimpal dengan kontribusi si pemain bagi tim. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk menghentikan Manchester United adalah bermain dari hati, dengan hati, hingga ke hati, seperti halnya yang dilakukan oleh hampir setiap anggota skuad Red Devils. Menghimpun pemain bintang bukanlah jaminan jika tidak memiliki character-building dan capacity-building yang kuat.
Salah satu tim yang berpotensi menyaingi jejak langkah Man-U sebenarnya adalah Arsenal, dengan acuan bahwa The Gunners telah sekian lama menaruh hati pada bakat-bakat muda. Di tengah pembicaraan orang tentang animo besar The Reds, The Citizens, atau The Blues, sepertinya Arsenal-lah yang akan lebih mampu bersaing. Adapun syaratnya adalah satu: Arsene Wenger sebagai arsitek tim berhenti untuk mengeluarkan pernyataan yang bernada tidak percaya kepada hasil pertandingan dengan memprotes keputusan wasit, membicarakan gol kontroversial, dan sebagainya. Sebagai seorang pelatih, Wenger tergolong visionaris karena dalam setiap musimnya Arsenal memperkenalkan pemain muda. Namun, pada sisi lain Wenger sering terpancing oleh situasi di lapangan. Sikap ini jelas tidak menguntungkan karena pemain-pemain yang dibimbingnya masih muda. Baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh.
Meskipun EPL baru saja dimulai, antusiasme terhadap pertandingan telah nampak pada pemain-pemain MU. Keceriaan mereka dalam bermain, ketenangan dalam menghadapi situasi boleh jadi memberikan cicilan rasa aman dan nyaman bagi para pendukung setianya. Inilah hasil kerja keras Alex Ferguson selama berpuluh tahun meramu sebuah metode kepelatihan sepakbola yang konsisten. Fergie tidak menyesuaikan diri dengan pemain, melainkan lebih cenderung mencari pemain yang sesuai dengan teorinya. Dengan cara ini ia memiliki kemenangan mental atas pemain sehingga siapapun pemain yang membangkang pasti akan dengan senangnya Fergie tendang. Sehingga, bukan tim yang membutuhkan pemain, tetapi pemainlah yang merasa butuh bermain untuk tim. Dari kondisi seperti ini Manchester United menjadi sebuah tim yang dihuni oleh pemain-pemain yang siap mati di lapangan untuk tim. Selama the Scottishman ini berada di Old Trafford, Setan Merah akan sulit dibendung.