Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Indonesia Premier League Belum Jaminan

25 September 2010   14:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 754 0
Sepakbola Indonesia belum menunjukkan reputasi yang membanggakan pencintanya di dalam menghadapi persaingan internasional. Bergulirnya liga profesional sepakbola sejak medio dekade 1990an belum memberikan hasil yang menggembirakan. Masalah yang kompleks terus menyertai perkembangan dari musim ke musim, baik masalah di dalam maupun di luar lapangan.

Baru-baru ini muncul inovasi tentang penyelenggaraan Liga Utama Indonesia (Indonesia Premier League). Indonesia Premier League (IPL) digagas sebagai respon kontradiktif terhadap rendahnya mutu keluaran Liga Super Indonesia (Indonesia Super League (ISL)).

Setiap temuan harus kita berikan penghargaan, termasuk ide mengenai IPL. Barangkali ide ini muncul sebagai wujud keprihatinan, kemudian empati, dari sejumlah individu yang mengaku peduli terhadap sepakbola Indonesia. Ya, semua orang yang mengaku cinta terhadap sepakbola nasional pasti pada hakikatnya menginginkan adanya sebuah iklim kompetisi dan pembangunan sepakbola yang baik, sehingga dapat mendorong prestasi sepakbola nasional di arena persaingan internasional. Meskipun sepakbola adalah sebuah olahraga, dan pertandingan olahraga akan membawa tiga kemungkinan hasil: menang, seri/imbang, atau kalah, namun orang awam akan lebih senang jika kemenanganlah yang diraih. Bahkan secara ekstrim, sejumlah orang kurang mempedulikan tentang penampilan, proses, dan cara untuk meraih sebuah prestasi. Satu-satunya tujuan yang didambakan adalah kemenangan.

Perlukah IPL bergulir? Pertanyaan ini memiliki jawaban yang bermacam-macam. Jika kita batasi wacananya pada lingkungan olahraga, tanpa diembel-embeli muatan politik dan sebagainya (yang mungkin menyertai di dalamnya), maka ide ini boleh kita sebut sebagai langkah progresif menuju kondisi sepakbola yang lebih baik. Usulan untuk menciptakan sebuah kompetisi yang lepas dari subsidi pemerintah (seperti melalui APBD) untuk klub-klub yang berlaga adalah usulan yang selayaknya didukung. Iklim sepakbola profesional menuntut klub untuk menjadi sebuah badan usaha yang mampu menghidupi diri sendiri. Sepakbola profesional, seperti yang kita kenal dalam liga-liga besar dunia, adalah sepakbola yang berintikan klub-klub yang memiliki sumber dana sendiri layaknya perusahaan. Namun, apakah ini saja permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia melalui Liga Super? Tidak adakah permasalahan lain yang ikut mempengaruhi?

Bukan Liganya, tetapi sistem kompetisinya yang harus diganti

Para petinggi sepakbola nasional sepertinya seperti "memaksakan diri" untuk menciptakan sebuah kompetisi sepakbola yang mirip dengan liga-liga terkemuka dunia. perjalanan selama lebih dari 15 tahun menunjukkan keterpaksaan ini. Bagaimana mungkin Indonesia, sebuah negara yang memiliki wilayah sangat luas dan berbentuk kepulauan, mengharap prestasi optimal jika mengikuti pola pembinaan sepakbola negara-negara Eropa yang berkarakteristik wilayah kontinental? Kelelahan, pemborosan dana, adalah dua faktor yang mempengaruhi konsentrasi pembinaan sebuah klub sepakbola. Indonesia terlalu memaksakan diri untuk membuat sebuah kompetisi liga satu wilayah tanpa memikirkan situasi geografis yang ada. Singkatnya, sepakbola Indonesia memakan mentah-mentah pola pembinaan sepakbola negara lain tanpa memikirkan keadaan sendiri. Alhasil, seperti yang telah dan sedang kita hadapi: miskin prestasi, sarat kontroversi. Akanlah IPL juga menggunakan pola pembinaan dan kompetisi serupa? Apakah alasan privatisasi klub menjadi satu-satunya dalil untuk membuat "liga saingan" dari ISL? Jika ini satu-satunya alasan, saya tidak yakin IPL akan lebih baik dibandingkan ISL.

Dengan kondisi geografis yang seperti ini (kepulauan), liga satu wilayah tidaklah tepat. Indonesia harus memiliki sistem kompetisi sepakbola yang lain dibandingkan kompetisi negara-negara kontinental. Tanpa harus menganut 100% pola kompetisi negara kontinental pun sebenarnya kita dapat menciptakan prestasi. Pada masa Perserikatan Indonesia tergolong memiliki tim sepakbola yang kuat dan disegani. Ini terlepas dari perkembangan sepakbola negara-negara lain yang dahulu "bukan siapa-siapa" di hadapan kita, seperti Laos, Vietnam, Kamboja, atau Maladewa.

IPL Perlu apa tidak?

Pemborosan tenaga, pikiran, dan pastinya dana, akan segera kita saksikan terkait dengan terselenggaranya dua liga. Kedua pihak yang, boleh saya katakan "bersengketa", pasti akan terlibat di dalam persaingan untuk menunjukkan diri mana yang lebih baik. Ini adalah awal dari perpecahan! Para petinggi ISL dan penggagas IPL boleh merasa aman. Paling mereka dihujat, dikritisi, dan dikomentari secara pedas jika kegiatan mereka sama-sama gagal. Itu  saja. Namun, akibat yang lebih parah diderita oleh sepakbola nasional secara keseluruhan. Harapan untuk menciptakan iklim sepakbola yang lebih baik dapat tersapu oleh badai pertikaian.

Jika alasannya sekedar privatisasi, dengan berlandaskan alasan "mulia" ("APBD untuk rakyat, klub sepakbola dikelola oleh swasta"), akan bertahan berapa lamakah kompetisi berjalan? Perekonomian negara Indonesia masih belum stabil. Banyak masalah ketenagakerjaan yang menghantui, misalnya dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan suatu perusahaan. Hal ini mencerminkan bahwa sektor swasta negara kita tidak stabil. Penggalangan dana swasta dari investor asing memang dapat dijadikan solusi, akan tetapi "seberapa pantaskah" sepakbola Indonesia mendapatkan suntikan dana dari investor asing? Masalah inilah yang perlu kita pertimbangkan. Kita tidak dapat dengan serta-merta menghujat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai organisasi yang tidak memiliki integritas dan kompetensi di dalam bidangnya, sehingga perlu direvolusi, direformasi, atau bahkan dibubarkan. Selama ini kita seperti "mudah tergoda" oleh hal baru. Kemunculan IPL ini seperti memanfaatkan ketidakpercayaan publik terhadap kinerja PSSI tanpa memikirkan langkah dan nasib selanjutnya dalam jangka panjang.

Kekuatan Hukum IPL

PSSI sebagai induk resmi sepakbola Indonesia adalah organisasi yang diakui secara resmi oleh Federation International de Football Association (FIFA). Segala sesuatu masalah sepakbola dalam negeri Indonesia yang menentang PSSI membawa resiko skorsing dari FIFA. Pun jikalau telah ada pemberitahuan dari pihak IPL kepada FIFA, para penggagas IPL harus benar-benar hati-hati dan cermat di dalam melakukan "pendekatan" kepada FIFA. Salah-salah nanti FIFA dapat menjatuhkan tuduhan "mencampuri urusan organisasi" dengan dasar bahwa penggagas IPL adalah kelompok di luar organisasi PSSI (pihak luar). Akibatnya ialah skorsing karena melanggar Statuta, misalnya dalam bentuk intervensi. Meksiko (langganan Piala Dunia) dan Irak (juara Asia 2007) telah mengalaminya.

Dukungan mutlak dari klub-klub juga tidak menjamin keabsahan IPL di mata konfederasi sepakbola internasional, baik itu AFC maupun FIFA sendiri. Pokoknya masalahnya sangat rumit. Reorganisasi PSSI menurut hemat saya harus lebih dahulu dilaporkan kepada FIFA agar organisasi tertinggi sepakbola dunia ini mengetahui duduk perkaranya. Ketidakpercayaan terhadap ISL juga harus dilandasi dengan alasan yang masuk akal yang tidak melanggar peraturan yang ditetapkan dan diberlakukan bagi setiap anggota FIFA di seluruh dunia.

Penutup

Saya pribadi tidak dapat memutuskan apakah mendukung atau menolak kehadiran IPL. Namun yang pasti ialah bahwa jangan sampai ide baru ini justru memperberat masalah sepakbola nasional. Kita semua pencinta sepakbola Indonesia pasti telah merindukan sebuah situasi yang menyenangkan di dalam iklim sepakbola nasional, prestasi yang membanggakan, kompetisi yang rapi dan tertib, dan profesionalisme yang maksimal. Selama ide IPL dibatasi pada empati untuk membangun sepakbola nasional dari sudut pandang murni olahraga, itu adalah langkah positif. Namun, jika di balik gagasan IPL ini muncul "agenda tersembunyi" untuk menyingkirkan pihak-pihak tertentu karena, misalnya, memiliki ideologi atau keberpihakan politik yang berseberangan, maka tujuannya dipastikan bukan untuk membangun sepakbola nasional, akan tetapi untuk dekonstruksi sebuah kelompok demi memperkuat hegemoni kelompok sendiri.

Bravo sepakbola Indonesia!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun