Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Shoping Politik dalam Balutan Iklan Ramadhan

4 Agustus 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 397 0

Fenomena iklan politik tidak dapat dielakan di era kebebasan media seperti sekarang ini. Pertanyaan yang akan muncul adalah apakah iklan politik tersebut mampu menjadi alat untuk mencapai alat untuk mencapai tujuan dan target yang dimaksud? Sebagai sarana pendongkrak popularitas, mungkin dengan beriklan hal tersebut bisa tercapai. Hal inilah yang ditakutkan, bila dalam pesta demokrasi 2014 nanti rakyat hanya menjadi korban dari iklan – iklan politik yang muncul di media – media informasi tanah air. Bisa saja masyarakat yang tingkat pendidikan politiknya rendah, mereka akan memilih sosok yang paling sering muncul di media massa dengan figur ansihnya dalam sebuah iklan politik yang ditawarkan. Mereka memilih tanpa melihat visi misi dari para kontestan pemilu. Sangat disayangkan.

Dalam iklan politik tentu berbeda dengan iklan jual beli. Sesungguhnya dalam beriklan politik para kontestan sebenarnya menjadi pembeli bukan penjual, para kontestan pemilu tersebut beriklan untuk membeli jabatan yang mereka inginkan. Untuk membeli jabatan itu mereka harus mencari modal suara pemilih.

Menurut Effendi Gozali ( 2003 ) iklan merupakn sihir yang terwujud dalam tiga bentuk : yaitu mengintimidasi, mendominasi, dan memanipulasi. Melalui iklan politik mereka dapat mendominasi suara yang mampu mereka peroleh dalam pemilu nanti. Bagi para beberapa politisi, iklan merupakan salah satu kendaraan politik bagi mereka untuk mempermudah mereka mendapatkan suara yang banyak dari para pemilih.

Semoga rakyat dapat memilih yang benar – benar bisa membawa aspirasi rakyat, membangun bangsa ini lebih maju, tidak hanya memilih dengan alasan siapa yang paling sering muncul di TV atau siapa atau yang mana yang paling sering dilihat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun