Dengan waktu penyampaian selama 20 menit, masing-masing kandidat secara bergantian membacakan program dan visi misinya. Acara tersebut berlangsung lancar tanpa hambatan.
Pasangan nomor urut 4, Alex Noerdin dan Ishak Mekki dalam penyampaian visi misinya dengan tegas mengklarifikasi pernyataan dari paparan calon gubernur dan calon wakil gubernur sebelumnya. Berikut ini kutipan pernyataan pasangan Alex-Ishak menjawab tudingan-tudingan tersebut.
1. Masalah anggaran kesehatan yang 20 persen
Pasangan nomor urut 1, Eddy Santana Putra dan Annisa Djuita pada kesempatan pemaparan visi misinya menyinggung bahwa pemerintah provinsi Sumsel selama ini tidak menganggarkan dana dari APBD untuk kesehatan di Sumsel sebesar 20 persen. Alex Noerdin pun pada gilirannya memaparkan visi dan misi menjawab bahwa anggaran dana kesehatan untuk Sumsel lebih dari 20 persen, bahkan mencapai 23 persen.Hal tersebut terbukti dari keputusan Menterei Dalam Negeri yang mengesahkan APBD Sumsel tahun 2012, 23,9 persen untuk kesehatan. Kalau anggarannya di bawah itu, Alex Noerdin mengatakan bahwa dia sudah pasti akan dimarahi DPRD Provinsi Sumsel.
2. Masalah Kartu Sehat
Pasangan nomot urut 1, ESP-Win terus berupaya menyerang kebijakan-kebijakan Pemerintah provinsi terutama masalah Program Berobat gratis. ESP akan menggulirkan Kartu Sehat sebagai ganti dari program berobat gratis di Sumsel. Alex Noerdin pun menjawab dengan fakta sebagai berikut: "Hati-hati Saudara sekalian Menteri Kesehatan sekalipun, orang yang paling kompeten di Republik Indonesia bicara tentang kesehatan mengatakan bahwa Kartu Sehat itu tidak perlu, karena berobat gratis telah berjalan dengan baik dan di daerah tertentu ada 15 rumah sakit yang mengundurkan diri dari program Kartu Sehat. Saya cuma merespon saja apa yang sudah disampaikan dan meluruskan apa yang sebenarnya ada."
Jawaban lugas tersebut mementahkan kemungkinan keberadaan Kartu Sehat di Sumsel. Penerapan Kartu Sehat Di DKI Jakarta merupakan pelajaran berharga bahwa Kartu Sehat belum efektif digunakan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Terbukti, 15 rumah sakit yang menolak Kartu Sehat tersebut adalah dari daerah DKI Jakarta.
Sebelumnya, Alex Noerdin juga mengemukakan bahwa Sumsel adalah pionir dalam penyelenggaraan Program Sekolah dan Berobat Gratis di Indonesia yang kemudian kedua program tersebut dicontoh dan diterapkan oleh pemerintah pusat.
3. Masalah Koordinasi Buruk Dengan Pemkab dan Pemkot di Sumsel
Lagi-lagi Kandidat nomor 1, ESP-Win mengkritik gubernur dengan mengatakan bahwa koordinasi antara gubernur dengan bupati dan walikota di Sumsel tidak terjalin dengan baik sehingga pembangunan di Sumsel tidak optimal. Kritik tersebut dijawab Alex Noerdin sebagai berikut: "Pencapaian pembangunan Sumsel sekarang ini adalah bantuan aktif dari seluruh rakyat Sumsel dan bantuan dari Bupati dan Walikota yang proaktif, kooperatif bersama-sama Gubernur membangun daerah ini. Memang ada satu dua yang tidak kooperatif, tapi dari 11 bupati dan 4 walikota, sekitar 80 persen semuanya terkoordinasi dengan baik, buktinya perencanaan pembangunan Sumsel selama 3 tahun berturut-turut mendapat penghargaan Anglikta Nusantara yaitu penghargaan perencanaan pembangunan wilayah provinsi terbaik di Indonesia. Dan ini tidak mungkin dicapai jika tanpa bantuan bupati dan walikota di Sumsel (yang kooperatif-red)."
Dengan mengemukakan fakta tentang penerimaan penghargaan Anglikta Nusantara selama 3 tahun berturut-turut, Alex Noerdin sekali lagi membalikkan tudingan pesaingnya di pilgub menjadi mentah karena ternyata perencanaan pembangunan Sumsel berjalan lancar karena koordinasi yg baik.
4. Masalah Infrastruktur Jalan yang Rusak
Ketiga pasangan cagub-cawagub Sumsel mengkritik dan emnuding bahwa pemprov Sumsel tidak memperhatikan kerusakan infrastruktur jalan provinsi dan di kabupaten/kota. Untuk permasalahan ini, Cawagub pasangan Alex Noerdin, Ishak Mekki, yang menjawabnya. Ishak Mekki menjawab permasalahan ini dengan mengatakan bahwa tanggung jawab pemeliharaan jalan terbagi pada tanggung jawab masing-masing pemerintahan, baik pusat, provinsi ataupun daerah. Dan untuk jalan provinsi semuanya sudah baik dan dalam masa perbaikan untuk jalan yang mengalami kerusakan. Begitu juga jalan Kabupaten di OKI, semuanya dalam kondisi baik dan dalam masa perbaikan. Pernyataan Ishak Mekki tersebut adalah sesuai fakta yang ada. Kenyataannya kerusakan jalan di Sumsel terjadi sejak 2 tahun terakhir yaitu dimulai sekitar tahun 2011 dan sekarang sedang diupayakan perbaikannya. Perbaikan jalan provinsi adalah tanggung jawab pemprov, sementara jalan kabupaten/kota termasuk jalan-jalan desa adalah tanggung jawab pemkab dan pemkot masing-masing. Banyak dari bupati dan walikota yang sibuk mengkritisi jalan provinsi yang rusak tapi acuh saja dengan kerusakan jalan di desa-desa dan kota yang dipimpinya.
5. Masalah Menganggap Pembangunan Di Sumsel itu Sederhana
Pasangan ESP-Win mengatakan dalam visi misinya bahwa pembangunan di Sumsel itu sederhana dan yang menjadi tuntutan manusia hanya pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.Oleh karena itu pasangan ini akan fokus membawa Sumsel menjadi Sumsel CERAH - Cerdas, Sehat, dan Sejahtera - dengan melalui kebijakan tiga kartu yaitu Kartu Sehat, Kartu Cerdas, dan Kartu Sejahtera. Apabila Kartu Sehat dan Kartu Cerdas dikatakannya sebagai penyempurnaan berobat gratis, lalu bagaimana implementasi Kartu Sejahtera bagi rakyat Sumsel? Dalam pemaparan visi misinya, tidak dijelaskan oleh pasangan ESP-Win apa fungsi Kartu Sejahtera tersebut. Menanggapi hal ini, Alex Noerdin mengatakan, "... Saya ingin menyampaikan, visi misi jangan sampai menyederhanakan pembangunan. Banyak hal dan banyak faktor dalam penyelenggaraan pembangunan..." Pernyataan ini jelas menggambarkan siapa kepala daerah yang lebih berpengalaman dalam melaksanakan pembangunan suatu daerah. Pemimpin yang baik tentu tidak sembarangan menganggap sebuah proses pembangunan itu adalah sesuatu yang sederhana.
Jawaban-jawaban dari Alex Neordin dan Ishak Mekki pada acara Pemaparan Visi Misi Cagub Sumsel tersebut cukup memeberikan gambaran bagi kita semua bahwa tudingan-tudingan negatif tentang pembangunan di Sumsel dan OKI selama kepemimpinan Alex Neordin dan Ishak Mekki adalah terlalu berlebihan dan memilliki tendensi politik bukan sekedar kritik.
Berdasarkan bukti data-data BPS saja dapat dilihat bahwa pembangunan di Sumsel selama 5 tahun terakhir meningkat tajam dengan berbagai kemajuan signifikan di berbagai bidang. Memang setiap kerja manusia tak luput dari kekurangan, demikian juga pembangunan di Sumsel. Pembangunan di Sumsel masih belum bisa dikatakan sempurna karena ada berbagai aspek yang belum dicapai. Oleh karena itu, kerja belum selesai dan harus dilanjutkan.
Sejak 2008 hingga sekarang Sumsel tumbuh dan berubah menjadi lebih baik di bawah Alex Noerdin. Lalu apa salahnya jika pembangunan Sumsel diserahkan kembali kepada kepala daerah yang telah berhasil membawa berbagai kemajuan sebelumnya yakni Alex noerdin, apa lagi Alex Noerdin dan Ishak Mekki adalah pasangan yang berpengalaman. Rakyat Sumsel tentu tak mau pembangunan Sumsel diserahkan kepada orang yang baru mau coba-coba.