Teluk Kiluan, terletak di Lampung Selatan, Desa Bandung Jaya, terkenal dengan atraksi lumba-lumba dan laguna di pinggir laut lepas Selat Sunda. Pada tanggal 25-27 Oktober 2013 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Teluk Kiluan dengan beberapa kawan dan berikut adalah catatan pribadi saya selama kunjungan kesana.
JUMAT, 25 OKTOBER 2013 Pada Jumat malam, kami berkumpul di Slipi Plaza. Setelah seluruh personil telah berkumpul, dengan menggunakan kendaraan elf, kami menuju Pelabuhan Merak untuk menyebrang ke Pelabuhan Bekauheni. Sesampai di Bekauheni, kami langsung menuju Desa Bandung Jaya dengan kendaraan elf yang kami tumpangi. Total waktu perjalanan dari Bekauheni ke Bandung Jaya adalah 5 jam. Kondisi jalan di sepanjang perjalanan adalah rusak berat dan mustahil bila dilewati dengan kendaraan sedan. Dengan demikian, jarak tempuh yang lama diakibatkan oleh kondisi jalan yang rusak tersebut.
SABTU, 26 OKTOBER 2013 Kami tiba di Desa Bandung Jaya tepat pukul 09:00 WIB. Sesuai dengan nama desa tersebut, sebagian besar penghuni di desa ini adalah para transmigran dari Jawa Barat. Bahasa keseharian yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda dan profesi sebagian besar masyarakat adalah nelayan. Tanpa membuang banyak waktu, kami langsung berganti pakaian dan menuju Laguna Dodo. Laguna Dodo dapat diakses dengan trekking melewati dua jalur. Pertama, jalur dari Bandung Jaya menuju Pantai Gayau. Kedua, jalur dari Pantai Gayau menuju Laguna Dodo. Untuk jalur dari Bandung Jaya menuju Pantai Gayau, kami banyak melewati tanjakan dan turunan dengan tingkat kemiringan hampir 45 derajat. Kami harus berhati-hati karena di banyak turunan tidak terdapat tempat untuk pegangan tangan dan kondisi tanah agak sedikit licin. Sesampai di Pantai Gayau, kami menikmati pemandangan karang gigantik yang kokoh memecah ombak deras hingga ke bibir pantai. Kontur Pantai Gayau membuat pantai tidak bisa direnangi karena ombak besar, arus kuat dan karang besar dimana-mana. kami cukup menikmati pantai ini dengan tiduran dan duduk-duduk di pasirnya yang putih dan bersih. Sesekali kami mengabadikan pemandangan alam yang kami lihat ke dalam kamera. [caption id="attachment_314" align="alignnone" width="300" caption="Pantai Gayau"] [/caption] [caption id="attachment_313" align="alignnone" width="300" caption="Pemandangan Karang di Pantai Gayau"] [/caption] Setelah sejenak beristirahat dan menikmati Pantai Gayau kami melanjutkan perjalanan ke Laguna Dodo dengan melewati jalur kedua, yaitu jalur dari Pantai Gayau menuju Laguna Dodo. Kondisi di jalur ini jauh lebih ekstrim daripada jalur pertama. Kami harus mendaki bebatuan di tepi jurang pantai. Kami harus ekstra hati-hati karena jika terpeleset, kami dapat jatuh ke jurang pantai dan entah itu dapat mengakibatkan badan kami terhantam karang atau terjun bebas ke laut lepas. Energi kami jauh lebih terkuras melewati jalur kedua ini dibandingkan dengan jalur yang pertama. [caption id="attachment_315" align="alignnone" width="300" caption="Mendaki Tepi Jurang Pantai"] [/caption] [caption id="attachment_316" align="alignnone" width="200" caption="Kondisi Jalur Jalan Pantai Gayau Menuju Laguna Dodo"] [/caption] Total waktu trekking yang harus kami tempuh dari Bandung Jaya menuju Laguna Dodo kurang lebih adalah 1 jam. Semua perjuangan keras kami selama trekking terbayarkan ketika kami tiba di Laguna Dodo. Laguna ini berbentuk seperti kolam renang kecil dengan kedalaman kurang lebih 2 meter. Laguna dikelilingi oleh bebatuan dan karang dan dibalik itu terdapat laut lepas Pantai Gayau. Tanpa basa-basi, kami langsung menikmati laguna ini dengan berenang dan berfoto-foto. Kami sangat menikmati waktu berenang di laguna ini karena dua hal. Pertama, kontur karang dan bebatuan yang mengelilingi laguna membuat alam laguna tampak begitu indah. Kedua, deru ombak yang memecah bibir karang telah melengkapi keindahan alam laguna. [caption id="attachment_317" align="alignnone" width="300" caption="Laguna Dodo (tampak depan)"] [/caption] [caption id="attachment_318" align="alignnone" width="192" caption="Lompat!"] [/caption] [caption id="attachment_319" align="alignnone" width="300" caption="Laguna Dodo (tampak samping)"] [/caption] Setelah puas menikmati Laguna Dodo, kami trekking kembali menuju Bandung Jaya dan kemudian menyebrang ke Anjungan Tamong Haji tempat kami menginap. Karena trekking telah membuat kami sangat lelah maka kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum menyebrang ke Pulau Kelapa. Di sore hari, kami menyebrang ke Pulau Kelapa. Di pulau ini kami menghabiskan waktu dengan berenang dan berfoto-foto. Ketika senja menjelang, kami berjalan menuju bagian belakang pantai untuk menikmati sunset. Kami beruntung, karena sunset datang di dalam cuaca yang baik. Hal ini membuat gradasi warna orange, biru pelangi dan hijau laut berkombinasi secara sempurna dan kombinasi warna ini menjadi pemandangan luar biasa yang kami nikmati dari bibir pantai. [caption id="attachment_324" align="alignnone" width="300" caption="Berpose di Pulau Kelapa"] [/caption] [caption id="attachment_321" align="alignnone" width="300" caption="Bermain di Pulau Kelapa"] [/caption] [caption id="attachment_323" align="alignnone" width="200" caption="Sunset di Pulau Kelapa"] [/caption]
MINGGU, 27 OKTOBER 2013 Di pagi hari sekitar pukul 06:00 WIB, kami bersiap-siap untuk melihat lumba-lumba di laut lepas. Kami menuju laut dengan menggunakan jukung, sebuah perahu kecil yang sering digunakan sebagai sarana transportasi antar pulau oleh masyarakat setempat. Sesampai ditempat, ternyata ada total kurang lebih 10 jukung di luar kelompok kami. Keramaian ini membuat lumba-lumba menjadi "malu-malu" untuk menampakkan diri karena mereka sensitif dengan keramaian suara bising mesin jukung. [caption id="attachment_325" align="alignnone" width="300" caption="Penampakan Lumba-Lumba"] [/caption] Saya pribadi merasa tidak puas karena minim penampakan lumba-lumba namun karena hari telah menjelang siang kami memutuskan untuk segera kembali ke anjungan. Sesampai di anjungan, kami memutuskan untuk melakukan kegiatan snorkeling persis di pantai yang terletak di depan anjungan. Di pantai ini terdapat banyak terumbu karang yang masih hidup sehingga variasi ikan yang bercokol disana sangatlah variatif. Terumbu-terumbu karang juga membuat pemandangan pantai menjadi sejuk dan hijau. Namun, amat disayangkan karena kondisi pantai ketika snorkeling sedang mengalami surut. Ini membuat kami menjadi sulit mengapung karena kedalaman laut hanya setinggi kaki kami. Setelah selesai menikmati snorkeling, kami langsung bersiap-bersiap untuk menyebrang kembali ke Bandung Jaya. Dari Bandung Jaya kamipun kembali melakukan perjalanan darat ke Pelabuhan Bekauheni untuk kemudian menyebrang ke Pelabuhan Merak untuk kembali ke Jakarta. [caption id="attachment_326" align="alignnone" width="168" caption="Pemandangan Terumbu Karang dari atas Laut"] [/caption] [caption id="attachment_328" align="alignnone" width="168" caption="Terumbu Karang"] [/caption] [caption id="attachment_329" align="alignnone" width="300" caption="Welcome to Teluk Kiluan"] [/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL