Kota Luar sore itu menangis, hujan menggenangi permukaan aspal. Kopi-kopi di meja kafe mendingin tak kunjung diminum. Warna-warni payung menghiasi jalan trotoar. Jas-jas hujan berkeliaran melawan arus hujan. Remang cahaya membias pada butiran air, yang membuat senja tampak elegan. Sayangnya hujan tak lagi menyimpan kerinduan dalam bola mata bocah-bocah. Semua manusia meringkuk di bawah naungan atap, kecuali mereka yang sengaja memadati jalanan untuk pulang. Punggung-punggung berbalik. Nuansa yang manis di tepian jembatan kota menjadi hal yang paling dirindukan, saat sepasang pemuda saling sandar membicarakan kesemuan masa depan.
KEMBALI KE ARTIKEL