Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Menghadapi FOMO: Keseimbangan Antara Tren dan Etika di Era Digital

31 Januari 2025   14:44 Diperbarui: 31 Januari 2025   14:44 61 1



FOMO merupakan istilah yang lagi viral pada saat ini. Namun belum banyak yang mengetahui arti fomo lebih lanjut. FOMO adalah sebuah singkatan dari bahasa Inggris Fear Of Missing Out. Ternyata makna FOMO ini kondisi dimana seseorang merasa cemas takut ketinggalan informasi, pengalaman, atau momen penting yang sedang terjadi.
 

Kondisi ini sudah biasa terjadi di era digital seperti sekarang. Di era digital ini semua orang dapat melihat tren atau momen-momen yang sedang berlangsung di internet atau media sosial. Fenomena ini biasanya terjadi di kalangan remaja seperti anak sekolahan karena memiliki rasa ingin diperhatikan oleh orang lain.


Penyebab seorang remaja menjadi FOMO karena di era digital seperti sekarang memungkinkan remaja untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Terlebih di sosial media mereka bisa melihat gaya hidup temannya yang menimbulkan rasa ingin menjadi teman yang dilihatnya.

Bukan hanya itu bahkan remaja mudah terpengaruh oleh selebriti atau influencer yang mempromosikan suatu hal, mengakibatkan dirinya ingin membeli atau mengerjakan ajakan selebriti itu. Hal ini wajar terjadi di kalangan remaja sekarang.


Terlihat remaja juga mengalami FOMO ketika melihat tren video dance atau tantangan viral lainnya. Platform seperti TikTok dan Instagram menjadi tempat utama bagi mereka untuk menemukan dan mengikuti tren tersebut. Tidak semua video yang sedang tren itu baik, terkadang ada juga yang melanggar aturan dalam aplikasi itu sendiri.


Remaja merasa sebuah video sebagai hiburan namun terkadang mereka belum bisa mengetahui batasan bermedia sosial. Terkadang mereka membuat video yang dianggap kurang beretika. Mereka terlalu semena-mena menganggap dirinya sudah dewasa. Nyatanya ada sebagian remaja yang belum bisa membedakan antara hal-hal publik dan hal-hal privasi. Atas nama seorang remaja, tentunya mereka masih membutuhkan seseorang yang mendidiknya.


Jika mereka melakukan tren yang kurang beretika seperti merendahkan orang lain, berbicara kotor, dan membuat video yang mencari perhatian orang lain pada akunnya sendiri artinya mereka juga siap dengan kritikan orang-orang yang melihatnya. Parahnya lagi jika mereka dihujat, itu sudah menjadi resiko yang harus mereka tanggung.


Memang pada awalnya niat mereka hanya sebagai hiburan tetapi mereka tidak sadar dengan jejak digital yang akan terus ada hingga mereka dewasa. Bagaimana jika pada saat remajanya mereka membuat tren yang kurang baik dipandang mata? Ini berkemungkinan besar mempengaruhi masa depan mereka kelak. Nyatanya ada beberapa pekerjaan yang memastikan jejak digital seseorang yang melamar pekerjaan. Mereka memastikan bahwa si pelamar kerja ini memiliki rekam jejak yang baik. Itu lah sebabnya bagi para remaja boleh membuat tren yang mendidik atau sebagai hiburan tetapi juga harus mengingat etika.


Apapun yang mereka lakukan pasti ada sanksi yang akan diterimanya. Bisa saja akun mereka akan dilaporakan oleh orang yang melihat video tren tersebut. Lebih parahnya bisa saja teman terdekat merek mengetahui hal itu dan menyebarkannya ke teman-teman lain. Hal itu akan berdampak pada mental remaja.


FOMO menurut para ahli adalah kecemasan atau ketakutan yang dirasakan seseorang karena merasa tidak ikut serta dalam pengalaman, kesempatan, atau informasi yang sedang populer di kalangan orang lain. Kondisi ini seringkali dipicu oleh intensitas penggunaan media sosial, di mana individu dapat melihat aktivitas orang lain secara terus-menerus, sehingga menimbulkan perasaan takut tertinggal dan kurang berharga.


Menurut para ahli, salah satu solusi untuk mengatasi FOMO pada remaja di era digital adalah dengan membatasi penggunaan media sosial dan lebih fokus pada kehidupan nyata. Remaja dianjurkan untuk meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan pola pikir yang lebih positif agar tidak mudah terpengaruh oleh tren di dunia maya.


Selain itu, membangun hubungan sosial yang sehat di lingkungan sekitar, menjalani hobi, serta menerapkan digital detox secara berkala juga dapat membantu mengurangi kecemasan akibat FOMO. Para ahli menekankan pentingnya edukasi tentang kesehatan mental dan literasi digital agar remaja dapat menggunakan teknologi secara bijak tanpa merasa tertinggal. Hal ini akan menjaga diri mereka dari kerusakan mental.


Menurut para ahli, dampak FOMO pada remaja lebih berfokus pada risiko negatif yang dapat merusak mereka. Salah satunya adalah jejak digital yang buruk akibat mengikuti tren yang tidak etis, yang bisa berdampak pada reputasi mereka di masa depan. Selain itu, remaja bisa menghadapi kritikan atau hujatan dari orang lain jika mereka terlibat dalam tren yang merugikan.


FOMO juga dapat berdampak pada kesehatan mental, menyebabkan perasaan cemas, stres, atau rendah diri. Hubungan sosial mereka pun bisa terganggu jika mereka lebih fokus pada media sosial daripada interaksi nyata. Terlalu terjebak dalam FOMO juga bisa membuat remaja kehilangan peluang untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat dan meningkatkan diri.


Menurut saya FOMO bukan hanya sebuah kecemasan biasa, melainkan sebuah respons terhadap tekanan sosial yang semakin kuat di dunia maya. Media sosial, yang menawarkan kesenangan dan hiburan seketika, sering kali menumbuhkan perasaan ketidakcukupan pada remaja yang merasa bahwa mereka harus selalu mengikuti tren agar diakui.


Ketika remaja terjebak dalam siklus ini, mereka berisiko mengorbankan kesejahteraan mental dan emosional mereka, tanpa menyadari konsekuensi jangka panjang yang mungkin timbul.


Solusi untuk ini bukan hanya mengurangi penggunaan media sosial, tetapi juga memperkuat nilai-nilai diri dan pentingnya pendidikan tentang penggunaan teknologi yang bijak. Remaja perlu diberi pemahaman bahwa menjadi diri sendiri lebih penting daripada sekadar mengikuti tren atau mendapatkan pengakuan dari orang lain di dunia maya.


Terkadang remaja boleh merasa FOMO terhadap hal-hal yang mendidik dan beretika, seperti tren yang memberi dampak positif, meningkatkan keterampilan, atau mendukung tujuan yang bermanfaat.


Ada hal positif FOMO jika remaja bijak yaitu dapat menjadi pemicu yang baik untuk terus belajar dan berkembang. Misalnya, mengikuti tren yang berkaitan dengan pengembangan diri, edukasi, atau kampanye sosial yang positif. Namun, penting bagi remaja untuk tetap kritis dalam memilih hal-hal yang ingin mereka ikuti, agar tidak terjebak dalam siklus FOMO yang justru merugikan diri sendiri atau orang lain. Dengan begitu, FOMO bisa menjadi alat yang menginspirasi untuk mencapai tujuan yang lebih baik, tanpa mengorbankan nilai-nilai dan etika yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun