Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Amerika dan Soft Power di Bidang Pendidikan

19 Januari 2014   06:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 436 0

Istilah mengenai softpower, pertama kali diperkenalkan oleh Joseph S Nye. Didalam bukunya yang berjudul : Soft Power "the Means to Success in World Politics (2004)", yang menjelaskan bahwa Power pada intinya merupakan sebuah usaha untuk membuat pihak lain agar melakukan hal yang kita kehendaki tanpa kita memintanya. Menurut Gramsci, soft Power diartikan layaknya seperti hegemoni, yaitu sebuah upaya yang halus melalui ajakan secara simpatik. Soft Power berbeda dengan hard Power yang kerapkali dijalankan melalui instrumen kekerasan. Soft Power ini, meskipun dijalankan dengan cara yang halus seperti misalnya kebudayaan, gaya hidup ataupun ekonomi. Namun karena sifatnya yang mempengaruhi pikiran, jiwa maupun tubuh tanpa pemaksaan. Maka dapat lebih ampuh mempengaruhi objek agar bertindak sesuai dengan yang diinginkan oleh subjek tanpa adanya unsur keterpaksaan. Penggunaan Soft Power dewasa ini dapat dinyatakan cukup signifikan bahkan lebih penting jika dibandingkan dengan bentuk Hard Power. Itulah kenapa banyak negara didunia, akhirnya berusaha menyebarkan pengaruh mereka melalui media soft power yang beragam : baik itu budaya misalnya film, lagu-lagu, pusat seni (Goethe Institut, CCF, British Council, Erasmus Huis), gaya hidup, media massa(VOA, DW, CNN, dan BBC), ekonomi hingga pendidikan. Penanaman pengaruh suatu negara melalui media pendidikan misalnya seperti yang dilakukan oleh Jepang dalam program Monbukugasho, Uni Eropa melalui Erasmus Mundus, hingga Amerika dengan Aminef.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun