Apa kabar, puisi?
Sudah berapa banyak kata yang diperam, dan berharap waktu sudi menetaskannya?
Malam tadi,
Saat raga kita sedang bersebelahan, dan dengan damai mata saling menatap,
Kubacakan puisi untukmu,
Sayang, kau terlalu asyik dengan kebisingan pikiranmu
Hingga tak ada kata yang sempat kau dengarkan.
Ahh, biar kuperam lagi saja semua kata itu
Barangkali diujung sana ia temukan kehangatan yang sanggup menetaskannya.
Masih malam tadi,
Ketika kita berpeluk dalam hening
Kau dengarkah doa itu?
Ragamu tepat didepanku tapi aku tak mampu mengejar jiwamu
Siapa yang kau kejar, bukankah aku tepat didepanmu?
Baiknya kuperam lagi saja semua kata itu
Sembari menghaturkan doa,
Semoga jiwamu tetap tegar dalam pelariannya.
Sekiranya kau lelah, aku bersedia menjadi tempatmu kembali.
Apa kabar, puisi?
Sudah berapa banyak kata yang diperam, dan berharap waktu sudi menetaskannya?