Peneliti yang pertama kali menyelidiki kaitan antara aroma tubuh dan ketertarikan seksual, Claus Wedekind, menemukan bahwa wanita yang sedang menggunakan pil KB memilih aroma pria yang profil MHC-nya (sekuens gen imunitas) mirip dengan mereka, berlawanan dari wanita yang tidak memakai pil KB. Penelitian di Inggris olehS. Craig Roberts, PhD, juga menunjukkan hasil serupa. Pembalikan preferensi ini bisa jadi merefleksikan mekanisme kerja pil KB, yakni menghalangi ovarium melepaskan sel telur, menipu tubuh seolah terjadi kehamilan. Kehamilan adalah kondisi yang rentan sehingga membutuhkan kehadiran sanak famili, orang yang secara genetis mirip, untuk melindungi. Kecenderungan memilih pasangan dengan gen MHC mirip dapat mengganggu hubungan pengguna pil KB dengan pasangan dalam jangka panjang. Ada kesalahan biologis di sana. Charles Wysocki, seorang psikobiologis dari Florida State University, mengatakan bahwa ketika pasangan tersebut ingin punya anak dan si wanita berhenti memakai pil KB, dia mungkin akan mendapati bahwa dirinya jadi kurang tertarik pada pasangannya tanpa bisa menjelaskan sebabnya.
Pil KB mengubah kemampuan wanita untuk mengendus pasangan seksual yang kompatibel dengan cara membuat wanita salah menginterpretasi aroma yang dicium, selain itu kemungkinan pil KB mengganggu komunikasi olfaktori dengan cara mendistoris sinyal yang dikirim si wanita dan membuatnya kurang menarik bagi pria. Geoffrey Miller, psikolog evolusioner dari University of New Mexico, melakukan sebuah penelitian dengan hasil penari telanjang yang tidak menggunakan pil KB memperoleh 50% uang tips lebih banyak dibanding mereka yang memakai pil KB. Tampaknya ada perubahan yang tidak disadari pada wanita yang memakai pil KB dan ditanggapi pria secara tak sadar pula, yang hasilnya wanita pemakai pil KB dianggap kurang menarik.
Rachel Herz, PhD, berteori bahwa pemakaian pil KB yang meluas boleh jadi merupakan faktor penyebab tingginya angka perceraian. Menurutnya, konselor pernikahan berkata bahwa banyak wanita yang ingin mengakhiri hubungan dengan pasangannya mengeluh bahwa mereka tidak tahan dengan aroma tubuh pasangan. Jika kita tidak tahan bau tubuh orang, bagaimana bisa intim dengannya? Meski demikian, Herz menolak menyebut pil KB sebagai pil pembikin cerai. Tidak sesederhana itu masalahnya. Respons wanita terhadap bau badan alami pria juga dipengaruhi perasaan si wanita terhadap si pria. Begitu dua orang lekat secara emosional, mereka akan cenderung melihat dan mengendus satu sama lain secara positif. Misalnya, seorang wanita yang jatuh cinta karena bertemu di dunia maya, tentu lebih sulit terpengaruh faktor aroma tubuh. Meski demikian, Herz merekomendasikan wanita yang mencari pasangan jangka panjang (menikah) memakai alat kontrasepsi selain pil KB, setidaknya sampai wanita itu mengenal pasangannya dengan baik dan menyukai aromanya. Dan lagi yg harus dijelaskan disini bagaimana bahaya efek samping dari ber Kb(keluarga berencana) ini,'