Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cinta di Balik Salju

24 November 2024   00:34 Diperbarui: 24 November 2024   01:07 121 0
Salju turun perlahan di kota kecil bernama Arluna. Butir-butir putih itu menyelimuti atap-atap rumah, pohon-pohon pinus, dan jalan-jalan yang lengang. Musim dingin kali ini terasa lebih sunyi dari biasanya, namun bagi Alana, keheningan itu adalah alasan untuk menyendiri di kedai kopi favoritnya di pojok jalan.

Dia memilih tempat duduk dekat jendela besar yang menghadap ke taman. Segelas cokelat panas mengepul di hadapannya, dan sebuah buku roman klasik terbuka di tangannya. Alana bukanlah penggemar keramaian; dia lebih suka menyerap kehangatan di dalam ruangan sambil memandang dunia luar yang membeku.

Namun, hari itu, dunianya yang tenang terganggu oleh kehadiran seorang pria yang duduk di meja sebelah. Dia tampak berusia awal tiga puluhan, mengenakan mantel hitam yang penuh salju, dan sepasang mata cokelatnya bersinar hangat. Alana berusaha fokus pada bukunya, tapi setiap kali dia melirik ke samping, pria itu tersenyum.

"Permisi," katanya akhirnya, dengan suara yang rendah namun bersahabat. "Kamu sering datang ke sini, ya?"

Alana sedikit terkejut. "Iya, kenapa?" jawabnya, dengan nada sedingin salju di luar.

Pria itu tertawa kecil. "Aku baru pindah ke sini. Selama seminggu terakhir, aku selalu melihatmu di tempat yang sama."

Alana mengangkat alis, sedikit skeptis. "Kamu mengamati aku?"

"Bukan mengamati," katanya buru-buru. "Hanya kebetulan. Dan... aku penasaran, mungkin kamu bisa merekomendasikan sesuatu yang enak di sini."

Dia mengulurkan tangan. "Aku Adrian, by the way."

Setelah ragu sejenak, Alana menjabat tangannya. "Alana."

Dari percakapan kecil itu, hubungan mereka mulai terjalin. Adrian ternyata seorang fotografer yang pindah ke Arluna untuk mencari inspirasi di tengah salju dan keindahan musim dingin. Setiap hari, dia akan muncul di kedai kopi itu, sering kali membawa kamera dan cerita-cerita lucu dari petualangannya memotret kota kecil itu.

Sementara itu, Alana, yang awalnya hanya ingin menyendiri, perlahan mulai menikmati kehadiran Adrian. Dia menyukai cara pria itu melihat dunia---melalui lensa kamera dan matanya yang penuh rasa ingin tahu.

Suatu hari, Adrian mengundang Alana untuk berjalan-jalan ke taman es di pinggir kota. Awalnya, Alana ragu. Tapi ada sesuatu dalam cara Adrian mengajaknya yang membuatnya sulit untuk menolak.

Di taman itu, mereka menemukan pohon besar yang dihiasi lampu-lampu berwarna emas, bercahaya lembut di tengah hamparan salju. Adrian mengeluarkan kameranya, mengarahkan lensa ke Alana.

"Jangan," kata Alana, merasa malu.

"Tapi kamu terlihat cantik," jawab Adrian tanpa ragu, membuat pipi Alana memerah.

Dia membiarkan Adrian mengambil beberapa foto, dan ketika dia melihat hasilnya, Alana terkejut. Di layar kamera itu, dia melihat dirinya tersenyum---senyum yang jarang dia lihat selama ini.

Malam itu, saat mereka berjalan kembali ke kota, Adrian mengeluarkan sebuah syal dari tasnya. "Aku perhatikan syalmu sudah usang. Pakailah ini."

Alana hendak menolak, tapi udara dingin membuatnya tidak tega. Dia menerima syal itu dan melilitkannya di leher. Kehangatannya segera menyelimuti tubuhnya.

"Terima kasih," bisik Alana.

Adrian tersenyum. "Aku senang akhirnya bisa membuatmu tersenyum."

Musim dingin itu berlalu dengan kenangan-kenangan kecil yang manis. Setiap tawa, langkah kaki di salju, dan cangkir cokelat panas yang mereka nikmati bersama membuat hati Alana perlahan mencair.

Pada akhirnya, salju memang dingin, tapi cinta yang mereka temukan di musim itu jauh lebih hangat daripada segalanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun