Masihkah tersimpan namanya di lorong hatimu?
Masihkah tertinggal perih luka yang dia sempat titipkan di dinding hatimu?
Masihkah diam-diam kau sisipkan namanya dalam bisik doa dan sujudmu?
Atau, masihkah kau bertanya dalam keheningan relungmu mengapa semua ini terjadi antara kau dan dia?
Apa kabar, hati?
Sampai kapan akan berlangsung seperti demikian? Tidakkah kau tega atas keberlangsungan debaran hatimu?
Tidakkah kau mau merasakan debaran hati lainnya?
Kau hanya perlu memaafkannya, memaafkan karena dia sempat menitipkan harapan dalam lorong hatimu
Memaafkan diri karena kau ternyata tak cukup kuat untuk menahan kikisan erosi dalam hati saat ternyata harapan itu ilusi belaka
Apa kabar, hati?
Tak perlu menangis saat debaran hatimu tak seiring dengan debaran hatinya
Tak perlu risau saat garis takdir itu ternyata tak sejalan dengan doa-doamu dalam setiap sujud kepada Tuhanmu
Karena, disuatu saat nanti
Saat kau sudah melepaskan semua debaran hati padanya
Tuhanmu telah mempersiapkan debaran lain yang akan selalu menyisipkan namamu dalam bisikan doa dan sujudnya
Percayalah, karena semua yang telah sempat hatimu rasakan itu hanya semata-mata Tuhanmu inginkan kau merasakan kepahitan saat semua yang diinginkan tak seharusnya kita dapatkan
Karena Tuhanmu inginkan kau akan selalu mengingat-Nya
Bahwa Tuhanmu-lah pemilik semua debaran hati
- Bandung dimalam hari, 17 Maret 2014