Ina Benga, arik sedon senaren
Salam herun balik
Salam sehat selalu untukmu
Jaga mata, jaga hati, jaga dirimu baik-baik. Rindu memang berat. Tapi ini jauh lebih berat. Jangan ke mana-mana. Tetap di rumah saja dulu.
Makan apa adanya. Bila ada yang memberikan sedekah, ambilah. Tak lupa ucapkan terima kasih. Jika tidak, masih ada pepaya, singkong, dan pisang di kebun.
Jangan lupa cuci tangan pakai sabun. Biar kau tetap sehat. Kau juga boleh minum tuak, biar kebal. Kalau mabuk, tidur saja. Ingat banyak makan sayur motong alias kelor.
Sayang, di luar sana banyak menawarkan nyawa selalu. Kita sedang dalam keadaan darurat. Ada musuh yang tak tampak netra. Kita juga sedang dipantau di setiap gang.
Ini nyata, bukan maya. Tapi jangan cemas. Kau tak perlu angkat parang dan tombak. Cukup angkat masker, dan tutup mulut untuk sementara waktu.
Aku khawatir ada musuh di rumah sendiri. Aku tahu kau benci itu. Berteriaklah lantang, namun mesti patuh terhadap anjuran ini.
Kalaupun harta kita telah dijarah. Dari berangkas dan laci-laci meja. Dibagikan kepada sanak saudara dan para kerabatnya. Jangan lupa jaga jarak. Biar hatimu tidak ikut dicuri.
Bahwa memerangi musuh, kita mesti butuh banyak siasat. Apa yang mesti kita lakukan. Tidak perlu kutulis panjang lebar di sini. Tentu kau sudah mafhum.
Sayang, kalau boleh, rahasiakan surat ini. Agar tak dibaca tetangga. Agar rumah tangga tetap awet. Agar tidak menjadi buah bibir. Kau tahu kan, aku tak suka tenar.
Rumah itu adalah warisan kakek dan nenek. Berpuluh-puluh tahun silam. Untuk anak-cucunya kelak. Dibangun dengan jerih payah, darah dan air mata. Jangan sekali-kali ada pengkinatan di rumah sendiri.
Mungkin terlalu lebay. Tapi ini tulus, tanpa modus. Baper boleh, tapi saya bukan puber. Setengah mati, jangan. Saya tidak bertanggung jawab.
Ina Benga, sebelum tidur jangan lupa minum kopi dan baca buku. Agar setelah bangun pagi, otakmu tetap waras. Goen deina kae na. Ta'an tenaro kire.
Ama Kopong
Ata ola take