" Pernahkah kau merasa? "
Lagu band Ungu diputar dengan volume maksimal oleh si abang supir mikrolet tanpa henti. Tidak hanya memutar lagu kencang-kencang, eh si abang ini juga berkaraoke dia. Keras sekali sampai terdengar di sepanjang jalan raya Kalimalang.
Suara musik yang si abang ini putar keras sekali sampai hampir tuli telingaku. Aku harus berteriak KIRI dengan suara lantang agar mau dia berhenti dan langsung saja kubayar ongkosnya.
Setelah turun dari mikrolet berisik itu, aku berjalan ke sebuah rumah toko tua nyaris tak terurus, debu di mana-mana, tambah lagi dengan bau pesing bekas orang mabuk kencing sembarangan.
Di dalam ruko, dua pria besar sudah menunggu dengan pria tua kecil kurus yang tampaknya kalau ada angin besar masuk dia dulu yang terhempas.
"Bawa uangnya? " Si besar nomor 1 bertanya.
"Iya" Jawabku
Ku keluarkan amplop berisi sejumlah uang dan kusuruh si besar ini hitung. Supaya tak ada dusta di antara kita. Pria besar nomor satu memberikan amplop itu ke si besar 2.
Satu anggukan dari si besar nomor 2 sudah cukup untuk memastikan bahwa benar tak ada dusta di antara kami.
Dua pria besar itu segera pergi ketika si kecil kurus ini tiba-tiba berteriak "JANGAN! JANGAN PERGI! JANGAN! "
Hei, takutnya dia. Kupandangi si dua besar itu dan tak lama pergilah mereka meninggalkan aku dan si kurus ini. Berkeringat dia, gemetaran dan sudah pipis di celana. Aku lupa sebut bahwasanya si kecil ini sudah diikat oleh si dua besar tadi.
Ku keluarkan amplop satu lagi dari kantong bajuku, kali ini isinya pistol. Kumuntahkan 3 peluru ke kepala si kecil itu. 1..2...3
Selesai.
Tinggal lapor ke madam, pria kecil mesum yang berani menyebar foto-foto mesum keluarga madam sudah tamat riwayatnya. Nanti akan datang orang yang membereskan sisanya.
Aku keluar ke jalan raya. Menunggu mikrolet itu lagi, kali setel lagu apa lagi? Dangdut koplo sepertinya.