Mensesneg Sudi Silalahi kembali menjadi corong Istana Kepresidenan RI dalam mengungkapkan keseriusan pembelian pesawat kepresidenan Boeing Business Jet 2 (BBJ 2) dari manufaktur pesawat terbang Amerika Serikat, Boeing. Hal ini disampaikan Mensesneg pada rapat kerja dengan Komisi II DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (8/6/2011). DPR sebelumnya sudah menyetujui pengadaan pesawat kepresidenan. Negosiasi terakhir dengan Boeing dikabarkan sepakat pada nilai USD 58 juta atau kurang lebih Rp 500 milyar. dengan kesepakatan ini, pesawat akan mulai dirakit pada tahun 2012 dan diperkirakan akan siap mengudara pada akhir tahun 2013.
Ketika mendengar kabar ini, teringat akan iklan-iklan Kementerian Perdagangan RI baik di media massa maupun sarana-sarana publik yang menekankan tagline "Aku Cinta Produk Indonesia". Semakin lama, semakin kuat saja sentimen pribadi pada pemerintah yang secara tidak langsung mengajarkan sikap yang kurang pantas diteladani oleh rakyat yang dipimpin. Bagaimana tidak, manufaktur pesawat terbang nasional milik pemerintah PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah lama menerima pesanan pesawat kepresidenan dan militer jenis CN235 dari negara-negara sahabat seperti Malaysia (8 unit), Pakistan (4 unit), Uni Emirat Arab (7 unit), Thailand (2 unit), Filipina (1 unit), Brunei Darussalam (1 unit), dan bahkan Korea Selatan yang tak lain merupakan Macan Asia dalam bidang teknologi tertarik mendatangkan burung besi ini dengan jumlah 8 unit. Pihak PTDI pernah merilis harga untuk setiap unit CN235 senilai Rp 180 milyar. Kurang dimengerti mengapa pemerintah memilih membeli pesawat buatan luar negeri itu untuk memenuhi kebutuhan pesawat kepresidenan RI. Jangan tanya soal teknologi, Presiden B.J. Habibie yang pernah menjadi orang penting di Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), perusahaan manufaktur pesawat terbang Jerman, adalah tokoh sentral yang menyuntikkan teknologi canggih kedirgantaraan dunia ke Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), PTDI kala didirikan. Dengan uang muka pembelian BBJ 2 saja yang senilai Rp 200 milyar, pemerintah sudah dapat menghemat Rp 20 milyar bila membeli tunai satu unit saja CN235. Seandainya uang Rp 20 milyar digunakan untuk membeli beras, tak perlu menghitung terlalu eksak pun sudah dapat dibayangkan berapa banyak anak Indonesia yang dapat diselamatkan dari cengkeraman gizi buruk. Tidak pun bahan makanan, masih banyak bidang-bidang lain yang membutuhkan dana demi kemajuan negeri ini. Sebut saja pendidikan, masih banyak anak-anak Indonesia yang belum dapat menikmati pendidikan dengan layak.