Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Rabu 'Kelabu' di Abepura

20 Oktober 2011   06:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:44 314 0
[caption id="attachment_142683" align="alignleft" width="300" caption="Rumah Toko di Abepura yang tutup"][/caption] Kondisi sekitar Abepura, Papua, Rabu, 19 Oktober 2011tampaknya tak seperti biasa. Beberapa pertokoan tutup. Selain itu, beberapa instansi pemerintahan pun sepi dari aktivitasnya.

Situasi tampak sepi dimulai sekitar pukul 12.00 siang WIT. Tak hanya itu, beberapa kampus besar semisal Universitas Cenderawasih (Uncen), Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ), dan Sekolah Tinggi Teologi (STT) Is Kijne tutup.

Aktivitas pelajar SMP YPPK St. Paulus, yang terletak di Jalan Raya Sentani Padang Bulan malah lumpuh. Murid-murid diliburkan paksa. Untuk diketahui, di belakang SMP Katolik ini, digelar Kongres Papua III (KRP III) yang dimulai Senin, 17 Oktober 2011.

Sementara di sekitar lingkaran Abepura, polisi lalu lintas terlihat sibuk. Lampu Merah sepi.

Sepanjang KRP III jalan raya Sentani, Padang Bulan Abepura macet. Macet dimulai saat warga memulai aktivitasnya sekitar pukul 07.00 WIT. Begitu juga sore hari sekitar pukul 18.00 WIT. Jadi, saat memulai dan mengakhiri kongres Jalan Raya Sentani Padang Bulan, ruas Abepura-Waena macet.

Rabu sore, kami hanya duduk di Kantin Pos, Abepura. Saya dan beberapa teman wartawan sedang bercerita sambil mengarahkan konsentrasi kepada KRP III. Hari ini, 19 Oktober 2011 adalah penutupan KRP III. KRP III dilaksanakan di lapangan Zakeus, Padang Bulan, tepatnya di ruas kiri jalan menuju Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura.

Bunyi sirene sekitar pukul 16.00 WIT. Kami menuju beranda kantor pos Abepura. Polisi berjaga. Tembakan, rupanya tembakan peringatan terdengar dari arah KRP III.

“Polisi membubarkan kongres secara paksa karena waktu disediakan hanya sampai pukul 15.00 WIT,” ujar salah satu warga yang datang dari arah Padang Bulan.

Pagar kantor pos Abepura tutup. Begitu pula pertokoan sekitar Abepura. Di jalan Biak, Lingkaran Abepura, beberapa tank milik polisi parkir. Ada beberapa. Sementara polisi berjumlah sekitar satuan satu kompi sedang latihan baris-berbaris. Di pos Yanmor (pelayanan motor) Padang Bulan juga beberapa tentara berjaga sambil minum kopi. Di kantor kelurahan Hedam pula truk polisi berjejer. Sekitar empat.

Akhirnya saya dan teman saya Fransiskus Restu Bela menuju Kantor Pos Abepura. Kantor ini tutup.

“Kami antisipasi kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan,” kata salah satu pegawai kantor pos Abepura.

Di sepanjang jalan Kota Abepura warga mondar-mandir. Entah aktivitas apa. Yang pasti akvitas warga Abepura mandek. Mereka takut kalau-kalau Abepura Berdarah di tahun 2006 terjadi lagi. Memang situasi Rabu ini mencekam. Rabu kelabu.

“Kami takut kalau terjadi seperti itu,” kata salah satu warga yang enggan menyebutkan namanya.

Selama kongres berlangsung, polisi dan tentara siap siaga. Mereka berjaga di beberapa titik di Padang Bulan dan Abepura. Sementara warga takut.

Deru tembakan bergema di langit Abepura. Hingga magrib, sekitar pukul 18.00 WIT pun aktivitas warga lumpuh. Kami hanya berada di kantin pos Abepura. Tank milik polisi mondar-mandir sambil membunyikan sirena.

“Heii, bangsat kamu lihat apa!!” Teriak salah satu polisi berpakaian hitam menghampiri warga sekitar jalan raya Sentani-Abepura, tepatnya di depan gereja Gembala Baik. Setelah itu ia mengeluarkan tembakan ke arah langit.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun