Pertama mari kita bahas dampak resesi global terlebih dulu. Kondisi ini seakan menjadi momok menakutkan yang menghantui banyak negara.
Dimana penyebabnya masih sama, yakni dipicu oleh perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dan belum dapat dipastikan kapan perang itu akan berakhir.
Akibatnya hal tersebut membuat tingkat inflasi di banyak negara terus merangkak naik. Terlebih Rusia dan Ukraina merupakan pemasok terbesar energi dan pangan di dunia.
Demi meredam tingkat inflasi tersebut, bank sentral di banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga acuan. Berkaitan dengan itu, sejumlah negara maju seperti Amerika, Eropa, Tiongkok, dan Inggris telah dipastikan oleh sejumlah ahli ekonomi bakal mengalami resesi.
Bahkan menurut proyeksi IMF (International Monetary Fund), sepertiga dari dunia atau 43 persen negara bakal mengalami resesi. Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Pemerintah Indonesia sepertinya dapat bernapas lega. Pasalnya sejumlah ekonom memprediksi bahwa Indonesia masuk dalam kategori aman dari pusaran resesi global.
Kendati demikian, perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami stagflasi . Diproyeksikan pada 2023 hanya bertumbuh pada angka 5 persen.
Sebelumnya Indonesia juga pernah mengalami fase stagflasi pada 1998 atau era krisis moneter. Ketika itu stagflasi terjadi akibat anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan akibatnya kenaikan harga barang melambung pesat.
Berkaitan dengan itu, salah satu langkah yang dapat membantu menyelamatkan perekonomian Indonesia adalah sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Pasalnya UMKM dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, sehingga angka pengangguran yang meningkat di era resesi global dan stagflasi ini pun akan menurun.
Ditambah lagi UMKM sendiri tidak bergantung pada nilai dolar. Kalaupun bergantung, persentasenya kecil sekali.
Meski UMKM tampak kecil, namun berkat jumlahnya yang kian banyak dapat menjadi roda penggerak perekonomian yang tangguh. Bahkan mampu bertahan di era kritis sekalipun.
Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk terus merawat keberlangsungan hidup UMKM. Tentunya dengan disertai kebijakan plus regulasi agar UMKM dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik.
Faktor kedua yang ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia adalah tahun politik. Memang pemilu (pemilihan umum) presiden dan wakil presiden baru akan digelar pada 2024.
Akan tetapi keriuhan pemilu sudah mulai terjadi sejak 2022 silam. Sudah dipastikan isu politik akan semakin menguat di tahun ini, termasuk soal visi misi terkait bidang perekonomian.
Bahkan menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya bakal berdampak lebih besar bagi ekonomi dibanding pemilu-pemilu sebelumnya. Alasannya karena pemilu legislatif, Pilpres, dan Pilkada dilakukan di tahun yang sama.
Maka itu sebaiknya para pelaku politik perlu sadar diri agar tetap tercipta kondisi perekonomian yang kondusif. Jangan malah membuat stabilitas ekonomi terganggu karena akan sangat sulit mengembalikannya.
Terlebih melihat kondisi Indonesia yang diprediksi bakal mengalami stagflasi. Ditambah lagi ancaman resesi global tadi.
Alasan lainnya adalah saat ini mata para investor asing tertuju ke Indonesia. Saatnya mereka mengevaluasi para kandidat pemimpin Tanah Air.
Jangan sampai kegaduhan para pelaku politik nantinya malah membuat para investor tadi kabur dan enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Berkaca dari situ, sudah sepantasnya kita terus menjaga persatuan dan kesatuan.
Bukan hanya demi keutuhan Republik Indonesia, namun juga demi ketahanan perekonomian kita bersama. Dalam berpolitik pun janganlah mengedepankan politik identitas atau melakukan kampanye hitam, di era sekarang yang terpenting para pelaku politik harus berani menunjukan gagasan, berani mengadu ide, dan realisasikan.
Oleh Sony Kusumo
Salam Trade Surplus