Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Keharmonisan Etnis Arab dan Tionghoa di Kampung Pekojan

27 September 2022   14:08 Diperbarui: 27 September 2022   14:13 487 2
Hubungan antara etnis Tiongkok dan Arab telah terjalin sejak dulu kala. Berdasarkan literatur yang ada, keakraban ini telah berlangsung sejak masa Nabi Muhammad SAW.

Awalnya Nabi Muhammad SAW menjadi penyambung antara pedagang Tiongkok dan Arab. Keduanya juga saling menjajakan hasil negaranya ke negara lain melalui dua jalur perdagangan utama dunia, yakni jalur sutera dan jalur keramik.

Hubungan kedua etnis itu terbilang harmonis. Saking harmonisnya, persebaran agama Islam pun terjadi di Tiongkok yang penduduknya mayoritas  umat Budha.

Keserasian tersebut nyatanya tidak hanya terjadi di era nenek moyang. Hal ini juga tampak pada generasi penerus etnis Tionghoa dan Arab yang ada di Indonesia.

Keharmonisan itu salah satunya terjadi di Pekojan yang terletak di kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Sejak lama Pekojan memang dikenal sebagai Kampung Arab.

Pasalnya sejak abad ke-18 kawasan tersebut banyak dihuni oleh para pendatang dari Yaman Selatan. Dan mayoritas penduduknya kala itu adalah muslim Koja alias muslim India yang berasal dari Bengali.

Kendati demikian seiring berjalannya waktu, penghuni bukan hanya etnis Arab saja. Melainkan, ada pula etnis keturunan Tionghoa.

Padahal pada 1940-an, jumlah etnis Tionghoa sangat sedikit, hanya ada tiga keluarga. Namun kian lama kian meningkat.

Sebenarnya hal itu tidaklah mengherankan. Sebab alasan lainnya karena wilayah Pekojan sendiri  berbatasan langsung dengan kawasan Glodok yang mayoritas dihuni etnis Tionghoa.

Pembauran antar etnis membuat warga di Kampung Pekojan terbilang memiliki toleransi yang tinggi. Banyak orang Arab dan Tionghoa yang hidup berdampingan.

Salah satu bukti nyatanya adalah ketika terjadi kerusuhan Mei 1998. Kampung Pekojan disebut-sebut sebagai kawasan teraman.

Soalnya seluruh warga dari berbagai etnis keturunan Arab, Cina hingga Betawi berpatroli bersama. Bentuk toleransi lainnya adalah mereka saling membantu siapapun yang tengah mengalami kesulitan tanpa memandang etnis dan agama.

Tak jarang pula, ada yang melakukan pernikahan antar etnis. Hal ini sudah lumrah dan terjadi sejak lama.

Selain itu, kegiatan toleransi antar etnis dan agama yang kerap dilakukan warga Pekojan lainnya adalah merelakan jalanan depan rumah ditutup, bahkan memberi bantuan berupa aliran listrik untuk penerangan.

Termasuk ketika ada pesta khitanan. Warga sekitar Pekojan dari berbagai etnis, baik muslim atau non-Muslim pun turut serta mengumpulkan bantuan untuk membiayai acara tersebut.

Keharmonisan etnis Arab dan Tionghoa di Pekojan juga muncul pada bangunan bersejarah bernama Masjid Langgar Tinggi. Dimana gedungnya dibangun oleh pedagang asal Yaman bernama Abu Bakat pada tahun 1829.

Disamping itu, perpaduan khas Arab dan Tiongkok juga muncul pada arsitektur Masjid Langgar Tinggi. Misalnya pintu melengkung khas Arab dan banyaknya penggunaan jendela berjejer ala Tiongkok zaman dulu.

Di pintu masjid pun terdapat list warna kuning keemasan. Makna kuning keemasan adalah keberuntungan dan warna kekaisaran Tiongkok.

Semoga warga Kampung Pekojan bisa memaknai keharmonisan dan toleransi dengan sungguh-sungguh. Semoga keharmonisan di Kampung Pekojan bisa berumur panjang dan abadi selalu bak Masjid Langgar Tinggi.

Oleh Sony Kusumo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun