riuh hujan menari
terbangkan nyali
Butir air deras menghantam
bagai batu bunyikan dentum
atap seng tua berkarat
dinding dendang derit sekarat
“Ayah inikah rahmat?
Mengapa laksana laknat?”
peluk erat tubuh ayah
getar bibir bertanya resah
“Ayah apakah rumah kokoh?
Ayah Yakin tak ‘kan roboh?”
ciut hati bocah kecil
risau nasip gubuk mungil
Ayah belai rambutnya lembut
“Sabar, Nak, buanglah takut
bukan hujan rumah hancur
siang besok kita digusur
Yang baru kita buat mantap
kaubantu kumpul bahan atap
pilih yang terbaik di bukit sampah
malam ini berdoalah berserah”
***
Tilaria Padika
Timor, 18/12/2016