Beberapa bulan terakhir, khalayak disodori tontonan memalukan sekaligus memilukan. Seorang mantan tokoh paling berkuasa tanpa malu-malu menunjukkan hasrat untuk tetap dipandang penting. Ia membuat sindrom ini begitu mengerikan. Sebagai seorang terpelajar, bekas penguasa ini tentulah paham benar akan ancaman
post power syndrom begitu ia lengser dari jabatan. Pastilah ia sudah mengantisipasi ini. Tetapi melihat bahwa ia seperti tanpa kuasa menyembunyikan hasrat dan kegalauannya, sungguh beta bergidik ngeri, sekaligus bersyukur bahwa beta adalah orang biasa. Tidak terbayangkan betapa malunya jika beta seorang berkuasa dan ketika kehilangan kekuasaan itu tidak bisa mengontrol gejala
post-power syndrome seperti sang Tokoh.
KEMBALI KE ARTIKEL